Pemkab Pacitan Belum Miliki Ekstensometer
Selasa, 16 Desember 2014 15:58 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Pacitan belum memiliki ekstensometer atau alat pendeteksi gerakan tanah sebagai peringatan bencana tanah longsor, karena itu akan melaporkannya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Kami hanya memiliki alat pendeteksi tsunami karena letak daerah juga di pesisir laut," ujar Bupati Pacitan Indartato ketika ditemui usai peluncuran program "Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera" di Gedung Grahadi Surabaya, Selasa.
Sebagai daerah paling rawan bencana di Jawa Timur, pihaknya berharap segera memiliki alat pendeteksi dengan melaporkannya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Gubernur Jatim Soekarwo telah menyampaikan ke semua bupati/wali kota untuk melaporkan kondisi di daerahnya, terutama tentang bencana," katanya.
Indartato mengakui di wilayahnya kerap terjadi bencana, seperti tanah longsor, banjir dan gempa bumi berkekuatan kecil.
Terakhir, kata dia, terdapat 34 rumah penduduk mengalami retak-retak dan saat ini sedang dalam tahap perbaikan.
Menurut dia, Pacitan menjadi daerah paling rawan karena kontur tanah setempat yang terdiri dari 85,4 persen pegunungan dan sisanya 14,6 persen merupakan daratan landai.
Karena itulah pihaknya mengimbau kepada warga untuk tidak berhenti mengadakan kegiatan penghijauan dengan melibatkan berbagai instansi.
"Salah satunya Gerakan Ibu Menanam yang tidak lama lagi akan digulirkan. Penanaman pohon-pohon juga aktif dilakukan masyarakat," katanya.
Pihaknya juga bekerja sama dengan Badan Geologi setempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI/Polri dan instansi lainnya untuk memetakan titik-titik rawan bencana sehingga bisa diantisipasi dan menghindari timbulnya korban jiwa.
Sebelumnya, BPBD Jatim menetapkan 22 daerah rawan longsor setelah dilakukan pengamatan gerak dan potensi tanah labil dan mudah bergerak dengan Pacitan menjadi daerah paling rawan.
Kepala BPBD Jawa Timur Sudharmawan menjelaskan, di Pacitan jumlah desa yang telah mengalami longsor sepanjang 2014 ini berada di 45 desa di 13 kecamatan dan menyumbang 32,85 persen longsor di provinsi ini.
"Kendati menjadi daerah paling banyak bencana di Jatim, namun longsornya kecil-kecil," kata dia. (*)