Dinkes Kab Blitar Pantau Pemulihan Kesehatan Atika
Sabtu, 11 Oktober 2014 19:46 WIB
Blitar (Antara Jatim) - Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur memantau kesehatan Atika Zahr Ratifa, balita yang divonis menderita Hemanium atau kanker pembuluh darah.
"Kami terus memantau dan melibatkan tim medis di puskesmas dan perangkat desa. Nanti akan dibantu, misalnya untuk kasa, kaus tangan, serta cairan infus untuk membersihkan lukanya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Kuspardani di Blitar, Sabtu.
Ia mengatakan sudah melihat langsung kondisi Atika. Ia juga menilai, penyakit itu bisa disembuhkan, dan berharap Atika juga bisa pulih. Namun, ia belum bisa memastikan apakah ke depannya penyakit itu bisa berkembang lagi atau tidak.
"Penyakit itu bisa disembuhkan, dan menurut keluarga sudah 70 persen membaik. Saya juga tidak bisa katakan apakah ada potensi lagi atau tidak," katanya.
Ia juga menilai, langkah keluarga untuk pengobatan serta perawatan luka Atika sudah baik, termasuk memberikan susu yang lebih bagus. Ia juga menyebut, keluarga tidak perlu takut dan tidak ada pantangan untuk memberikan makanan ataupun buah pada Atika. Hal itu penting untuk kesehatan serta meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Rombongan PKK serta Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mendatangi Atika, balita yang terkena Hemanium atau kanker pembuluh darah tersebut. Mereka memantau langsung kondisi Atika serta memberikan bantuan.
Atika Zahr Ratifa, anak pasangan Anam Baedowi (31) dan Atis Susanti (24) itu diketahui sakit. Penyakit yang ia derita diketahui sejak ia berumur 10 hari. Bayi yang dilahirkan pada 9 juli 2013 ini sempat dibawa ke bidan di desanya, tapi saat ini bidan mengatakan adanya bintik di tubuh Atika itu sebagai tanda lahir.
Keluarga gelisah, sebab bintik di tubuh Atika semakin banyak dan warnanya merah. Keluarga sempat membawa berobat ke RS Mardi Waluyo, Kota Blitar dan di tempat itu Atika mendapat pengobatan dengan sinar laser.
Namun, kondisi Atika justru semakin parah. Sinar laser yang panas itu justru membuat lukanya pecah, hingga mengeluarkan darah. Keluarga akhirnya membawa berobat ke RSUD Malang, dan dirujuk ke RSUD dr Soetomo, Surabaya.
Anis Qomariyah, bibi Atika mengatakan Atika dibawa ke Surabaya pada Desember 2013 dan ditangani salah satunya dokter bedah plastik. Ia juga menjalani berbagai macam pengobatan di rumah sakit tersebut.
"Sampai sekarang sudah 16 kali kemoterapi, dan saat ini sudah diganti dengan obat. Ia minum obat serbuk dan mau," ungkapnya.
Ia mengatakan, awalnya hampir setiap pekan ke Surabaya demi kesembuhan Atika, namun saat ini sekitar dua pekan sekali. Bahkan, tidak jarang dokter yang menangani Atika menghubungi keluarga menanyakan kabar perkembangan kesehatan Atika.
Anis juga mengaku bersyukur, sakit yang diderita Atika tidak terlalu berpengaruh pada nafsu makannya. Ia tetap suka minum susu, bahkan mau makan nasi. Ia pun tetap ceria seperti anak sehat lainnya.
Kondisi Atika, lanjut dia, saat ini juga sudah lebih baik. Sejumlah luka di tubuhnya sudah mulai mengering. Ia setiap hari rajin merawat dan mengganti kain yang menutupi lukanya. Ia juga memantau terus, agar Atika tidak menggaruk luka di tubuhnya.
Untuk pengobatan, Anis mengatakan, awalnya menggunakan jalur umum. Selain belum tahu cara mendaftar pada program jaminan kesehatan, ia juga sudah bingung, ingin agar Atika secepatnya mendapatkan perawatan.
Saat ini, ia sudah mulai menggunakan program jaminan kesehatan, berupa BPJS. Hal itu juga berdasarkan anjuran dari tim medis di RS dr Soetomo, Surabaya. Ia tetap berharap, dari pemerintah daerah membantu untuk perlengkapan, menutupi luka Atika. (*)