Bayi di Blitar Menderita Kanker Pembuluh Darah
Jumat, 10 Oktober 2014 22:16 WIB
Blitar (Antara Jatim) - Seorang bayi yang masih berumur satu tahun anak pasangan Anam Baedowi (31) dan Atis Susanti (24), warga Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, diketahui menderita kanker pembuluh darah dan membutuhkan pengobatan.
Anis Qomariyah, salah seorang kerabat, Jumat di Blitar mengatakan bayi itu bernama Atika Zahr Ratifa. Ia menderita sakit sejak umurnya baru 10 hari. Awalnya hanya berupa bintik merah di dada, tapi lambat laun bintik tersebut menyebar dan terlihat semakin parah.
"10 hari setelah kelahiran ada bintik dan saya bawa ke bidan katanya itu tanda lahir. Baru umur dua bulan saya periksakan ke RSUD Mardi Waluyo," kata Anis yang juga merawat bayi Atika ini kepada wartawan ditemui di rumahnya, Desa Kebonduren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
Ia mengatakan, sengaja membawa Atika ke rumah sakit, sebab bintik itu ternyata tidak kunjung sembuh. Ia sempat mengira Atika menderita penyakit kulit. Luka itu tepatnya di dada sebelah kiri, namun, dokter dari rumah sakit justru mengatakan ternyata sakit Hemanium atau tumor pembuluh darah. Saat ini, penyakit itu meluas, bahkan sampai di ketiak Atika.
Dokter saat itu, lanjut dia, mengatakan jika sakit Atika harus dilaser. Saat itu juga disebutkan jika biaya yang diperlukan untuk pengobatan itu mahal, terlebih lagi luka di tubuh bayi itu juga sudah lebar.
"Tiga hari kemudian tumbuh luka kemudian saya bawa ke dokter dan diberi obat, tapi sampai habis tidak sembuh," katanya.
Anis mengaku sedih dengan kondisi Atika, terlebih lagi orangtua Atika juga tidak bisa berbicara, menderita tuna wicara dan tuna rungu. Ia dengan keluarga lainnya akhirnya membawa Atika kembali berobat. Ia membawa Atika berobat ke Malang, setelah umurnya empat bulan.
"Di Malang ternyata tidak bisa mengatasi karena sudah parah. Selain itu, alatnya juga tidak bisa, dan katanya tim dokternya kurang," katanya dengan sedih.
Saat ini, Atika hanya dirawat di rumah. Luka di tubuhnya selalu dibersihkan dan diberi obat sehari dua kali. Keluarga berharap, pemerintah mau membantu untuk menyembuhkan Atika sampai menjadi anak yang sehat. (*)