Surabaya (Antara Jatim) - Menjelang diberlakukannya "pasar bebas" di Asia Tenggara yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, berbagai komponen masyarakat, khususnya kalangan pelaku bisnis kecil hingga besar mulai menyiapkan diri. Salah satunya industri semen di Tanah Air yang tergabung dalam "holding" atau induk usaha Semen Indonesia. BUMN semen ini menguasai sebagian besar pasar salah satu bahan bangunan utama tersebut, untuk kawasan timur Indonesia (KTI) dipercayakan kepada PT Semen Tonasa, wilayah tengah (Jawa dan Kalimantan) ke Semen Gresik dan Pulau Sumatera oleh Semen Padang. Secara umum, konsumsi semen di Tanah Air masih didominasi Pulau Jawa dan Kalimantan yang mencapai 51 persen, Sumatera 25 persen dan KTI yang wilayah paling luas hanya mengonsumsi sekitar 24 persen. Wilayah pemasaran paling luas dengan tingkat pertumbuhan konsumsi 6 persen per tahun inilah yang menjadi "tugas" Tonasa untuk dikuasai. Tidak hanya Tonasa, dua industri semen swasta juga memasarkan produknya di KTI, yaitu Bosowa dan Tiga Roda. Bahkan dalam waktu dekat ini investor mancanegara, yaitu dari Tiongkok dan Thailand serta Vietnam juga menyatakan minatnya membangun pabrik semen di Sulawesi Selatan (Sulsel). Direktur Utama PT Semen Tonasa Andi Unggul Attas menyatakan pihaknya siap menghadapi MEA 2015, karena produknya kini sudah menguasai 42 persen pasar kawasan timur Indonesia dan memiliki "brand image" melekat pada konsumennya. Selain itu, pabrik semen yang sudah berdiri sejak tahun 1978 ini memiliki perusahaan afiliasi yang mendukung segala lini produk, mulai bahan baku, pengemasan, distrubusi atau pengiriman, angkutan darat laut hingga penyediaan energi listrik secara mandiri, kata Unggul Attas, saat menerima para jurnalis dari Jawa Timur dalam "media gathering", Kamis (2/10) lalu. "PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) berbahan baku batu bara, kita (Tonasa) satu-satunya pabrik semen yang memiliki, karena PLN tidak sanggup menyediakan kebutuhan energi yang kita butuhkan," ujarnya di pabrik Semen Tonasa di Desa Biringngere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 60 Km timur laut Makassar, Sulawesi Selatan. PLTU dengan bahan baku batu bara dari Kalimantan Selatan dan Timur sebanyak 6.000 ton setiap harinya, mampu menghasilkan listrik 120 MW, masing-masing dari unit I 2 X 25 MW dan unit II 2 X 30 MW. Terkait MEA, sudah ada beberapa industri semen mancanegara yang berencana investasi di Sulsel, yaitu dari Tiongkok, Thailand dan Vietnam. Namun, Unggul mengemukakan bahwa pihaknya "tidak takut" kelak bersaing dengan kompetitor mancanegara. Menurut dia, saat ini saja sudah ada produsen semen dalam dan luar negeri yang berproduksi dan memasarkannya di KTI, meliputi provinsi di Pulau Sulawesi, Papua, NTT, NTB, Maluku hingga Bali, tetapi Tonasa tetap menguasai 42 persen pasar. Supaya tetap menjadi "market leader" di KTI, pihaknya tetap membina konsumen dengan baik dan menjaga kualitas produk yang sudah menjadi "brand image" bagi masyarakat KTI. Sementara yang perlu diperbaiki ialah sistem distribusi, pasalnya wilayah KTI yang luas, sedangkan infrastruktur kurang memadai. "Karena itu, kami siap berkompetisi dengan baik dan 'fair' saat MEA diberlakukan pada 2015. Kita mendapat 'tugas' menguasai KTI dari 'holding' atau induk usaha Semen Indonesia," ujarnya. Untuk lebih siap berkompetisi secara regional maupun global, Tonasa berencana membangun pabrik baru unit VI dengan investasi Rp3 triliun. Selain itu, Semen Indonesia berencana membangun pabrik semen di Sorong, Papua Barat. Produksi Pabrik semen ini mengoperasikan Unit II hingga V yang mempunyai kapasitas produksi seluruhnya 5,98 juta ton per tahun, kini ditargetkan selama tahun 2014 mampu menghasilkan 6,7 juta ton. Unit I yang kapasitas produksi hanya 120 ton per tahun telah dimatikan karena dinilai tidak efisien. Sementara nilai pendapatan dari target produksi sebesar itu sekitar Rp6 triliun, meningkat dibanding tahun 2013 yang tercatat Rp5,3 triliun. "Insya Allah target tercapai, hingga Agustus lalu saja produksi sudah mencapai 4,2 juta ton," ucap Unggul, pria kelahiran Palopo, 54 tahun lalu ini. Peningkatan produksi melalui pembangunan Unit VI, kelak tidak hanya memenuhi kebutuhan KTI yang konsumsinya tumbuh hanya 6 persen per tahun, tetapi juga untuk memasok daerah lain di Tanah Air atau ekspor (regional), tuturnya. Karena wilayah jangkauan pemasarannya yang luas, terdiri atas pulau-pulau di KTI, Tonasa mendirikan beberapa pabrik pengemasan semen di beberapa pulau atau daerah dengan membangun dermaga agar pasokan semen dari Pangkep bisa dikemas di wilayah setempat untuk selanjutnya didistribusikan. Tonasa mengoperasikan pabrik pengemasan di 10 lokasi, di antaranya Pelabuhan Biringkassi Pangkep, Makassar, Bitung, Palu, Amobn, Kendari dan Sorong. "Kami berencana memperbanyak pembangunan 'packing plant' (pabrik pengemasan) untuk efektivitas pemasaran. Pasalnya, biaya distribusi menyedot 15-17 persen dari total biaya produksi," ungkap Unggul. Biaya pembangunan satu pabrik pengemasan semen ini sekitar Rp100 miliar, di mana satu pelabuhan layak dibangun pabrik pengemasan bila serapan pasarnya mencapai 150 ribu ton per tahun. Ia mengakui bahwa biaya distribusi ini yang menjadikan harga semen "mahal", seperti di Papua yang satu saknya bisa mencapai Rp800 ribu hingga Rp1,6 juta, akibat pengirimannya malalui jasa udara (pesawat). Karena itu, pendirian pabrik semen di Papua yang kebutuhannya 500 ribu ton per tahun, di mana Tonasa memasok 300 ribu ton, menjadi penting. "Bila itu semua terealisasi (Unit VI Tonasa dan pabrik baru di Papua), kita sangat siap menghadapi kompetitor dari mancanegara sekalipun," tukas Unggul, ayah tiga anak ini. Mengenai bahan baku, Unggul mengemukakan bahwa kawasan karts sebagai bahan baku utama semen di kuasai Tonasa mencapai 750 hektare di Kabupaten Pangkep bisa dieksploitasi ratusan tahun. Ia yakin Tonasa tetap diburu dan jadi pilihan utama konsumen di KTI, karena "brand image"-nya sudah kuat dan melekat di masyarakat. Jadi Tonasa sudah siap menjadi pimpinan pasar semen di KTI. (*)
Berita Terkait

Semen Tonasa Siap Hadapi MEA
2 Oktober 2014 19:05

Sikapi sanksi FIFA, Semen Padang segera lunasi kompensasi untuk pemain
10 Juli 2025 16:07

Fadli Zon: Gua purba di Indonesia terancam tambang
6 Juni 2025 23:00

Klasemen Liga 1: PSS dan Barito susul PSIS terdegradasi
25 Mei 2025 00:53

Semen Indonesia akan bagikan dividen Rp648,75 miliar
24 Mei 2025 10:25

Liga Indonesia - Persis dan MU lolos dari degradasi
19 Mei 2025 07:23

Semen Indonesia jadi konstituen Indeks IDX ESG Leaders
17 Mei 2025 15:45

Bruno: Persebaya Surabaya siap kerahkan segala kemampuan
13 Mei 2025 12:20