Tulungagung Budidayakan Ikan Patin Berkualitas Ekspor
Kamis, 25 September 2014 15:42 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Tulungagung (APCITA) sukses membudidayakan ikan patin Pasupati berkualitas ekspor hasil pemijahan dari spesies lokal patin jambal (pangasius djambal bleeker) dan patin siam (pangasius hypophthalmus) yang berasal dari luar negeri.
Keberhasilan dalam melakukan pembenihan secara mandiri atas spesies ikan patin baru yang memiliki daging berwarna putih dan banyak digemari konsumen luar negeri tersebut ditandai dangan panen raya yang dihadiri oleh Bupati Tulungagung, Sahri Mulyo, di sentra perikanan darat di Desa Pojok, Kecamatan Ngantru, Tulungagung, Kamis.
"Ini merupakan panen pertama dari hasil pembenihan sendiri yang dilakukan teman-teman APCITA bersama jajaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung," terang Kepala Pusat Pengembangan Perikanan Budidaya, Tri Heru Prihadi.
Dari sekitar 64 ribu ekor benih ukuran 2-3 inci hasil pembenihan mandiri di bawah pengawasan/pendampingan dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, Jawa Barat, kata dia, 95 persen dinyatakan bertahan hidup dan tumbuh hingga memiliki berat rata-rata mencapai 750 gram/ekor.
Pencapaian tersebut mendapat apresiasi positif dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya yang berkedudukan di Jakarta.
Menurut Tri Heru, sukses yang diraih dinas kelautan dan perikanan bersama sejumlah petani ikan di Tulungagung dalam membudidayakan ikan patin Pasupati mengindikasikan daerah yang terletak salah satu kawasan pesisir selatan Jawa Timur bagian barat ini potensial menjadi sentra perikanan darat patin Pasupati.
Menurutnya, budidaya ikan patin Pasupati jauh lebih menguntungkan dibanding memelihara spesies patin lokal (patin jambal), dengan selisih sekitar Rp1.500 hingga Rp2.000 per kilogramnya.
"Kalau asumsi kolam budidaya seluas 1.000 meter persegi dan hasil produksi mencapai
sekitar 15 ton, bisa dihitung selisihnya dalam jangka waktu 4,5 bulan masa pembesaran," imbuhnya.
Sekretaris APCI Tulungagung, Supangat berharap, budidaya patin Pasupati yang disebutnya memiliki kualitas super dan nilai jual lebih tinggi dibanding patin jambal maupun siam tersebut bisa terus dikembangbiakkan di sejumlah sentra perikanan darat setempat.
Pihak Pusat Penelitian dan Perikanan Budidaya dan Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, Jawa Barat yang hadir langsung dalam panen perdana tersebut bahkan telah berkomitmen untuk terus mendukung pembudidayaan patin Pasupati secara masif di Tulungagung, mulai dari proses pembenihan hingga pembesaran.
"Kami kira dengan kualitas ikan yang lebih baik dan harga lebih tinggi, tentu keuntungan peternak akan lebih besar jika beralih memelihara (patin) spesies biasa (jambal) ke Pasupati. Daerah sudah seharusnya mendukung," cetusnya.
Sementara, Bupati Tulungagung Sahri Mulya menyampaikan apresiasi tinggi atas keberhasilan asosiasan pengusaha "catfish" (ikan patin) Indonesia di Tulungagung dalam hal pemuliaan spesies patin Pasupati yang baru ditemukan pertama kali pada 1997 di sentra perikanan di Jambi.
Namun mengingat daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri, Blitar dan Trenggalek ini memiliki banyak sentra perikanan darat, ia berharap pengembangbiakan ikan patin Pasupati tidak sampai merusak kawasan minapolitan lain dengan spesies ikan berbeda.
"Semua ada kekurangan dan kelebihannya. Untuk pengembangan yang produktif, sudah seharusnya dilakukan kluster-kluster agar petani budidaya bisa memelihara ikan jenis tertentu dengan dukungan dan pembinaan optimal dari (pemerintah) daerah," ujarnya. (*)