Kediri (Antara Jatim) - Aktivis penyelamatan lingkungan hidup dari India Vandana Shifa mengingatkan pentingnya untuk mengembangkan benih, demi kelestarian lingkungan hidup serta untuk mencukupi kebutuhan pangan. Vandana dalam kegiatan workshop pangan organik di Balai Desa Kwadungan, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu mengatakan hubungan antara petani dengan benih sangat erat. Petani memproduksi makanan, yang penting untuk kebutuhan hidup manusia, bahkan hewan. "Ada pendapat petani harus tidak ada, itu bahaya, sebab petani memproduksi makanan. Beda dengan industri, yang tidak menghasilkan makanan, tapi komoditas," katanya menjelaskan. Ia juga mengatakan, beberapa perusahaan berpikir ada pengganti makanan, seperti membuat "junk food". Namun, makanan itu bisa memicu sakit dan anggota tubuh pun kesulitan untuk mencerna makanan tersebut. Hal itu berbeda dengan hasil produksi pertanian yang memang asli ditanam di tanah. Nutrisi untuk tubuh bisa dicerna dan tidak asing diterima tubuh, sehingga bisa untuk menunjang kesehatan tubuh. Pihaknya sangat memahami terkait dengan isu perebutan tanah, sebab tanah menjadi hal yang sangat penting bagi petani. Ia juga menganjurkan, agar petani tidak perlu membeli benih sendiri. Di India, ada sekitar 106 bank benih, sehingga petani tidak perlu belih benih. Vandana sengaja datang ke Kediri, mendatangi workshop tentang pangan organik tersebut, dalam rangkaian memperingati tahun keluarga bertani internasional. Ia berharap, para petani bisa memperjuangkan haknya, untuk mengembangkan benih demi kelestarian lingkungan hidup, serta mencukupi kebutuhan pangan. Kegiatan itu diikuti para aktivis lingkungan baik dari Kediri, Jogjakarta, Jakarta, dan sejumlah daerah lainnya. Mereka ingin bertemu langsung dengan Ilmuwan fisika yang terjun dalam aktivitas penyelamatan lingkungan hidup tersebut. Vandana sendiri didampingi Hayu, yang merupakan penerjemahnya. Sementara itu, Kepala Desa Kwadungan Abdul Kamid mengatakan benih menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh petani. Mereka sempat kesulitan, sebab hasil pertanian mereka ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ia mencontohkan, para petani menderita kerugian, khususnya pascaerupsi Gunung Kelud (1.731 mdpl) Februari 2014. Tanaman padi mereka banyak yang kopong, serta daun tanaman menjadi kering. Hal itu berimbas pada tidak maksimalnya produksi. "Bulir padi menjadi kopong dan daun kering. Mungkin ini iklim, jadi petani pun panen seadanya," ujarnya. (*)
Aktivis India Ingatkan Pentingnya Kembangkan Benih
Rabu, 20 Agustus 2014 21:28 WIB