Pakar: Sentra Produksi Beras Hadapi Krisis Petani
Sabtu, 21 Juni 2014 21:29 WIB
Oleh Laily Rahmawati
Bogor (Antara) - Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Dr Ir Arif Satria mengatakan, ketersedia sumber daya manusia di sektor pertanian mengalami penurunan, bahkan beberapa sentra produksi beras terdapat ancaman krisis petani.
"Maka itu perlu secepatnya dilakukan regenerasi dan peningkatan sumber daya petani dan nelayan," kata Arif dalam surat elektronik yang dikirimkannya kepada Antara di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Arif menjelaskan, berdasarkan hasl kajian yang dilakukan PISPI menujukkan terdapat ancaman krisis petani. Seperti di Sukabumi petani yang berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 12,5 persen, usia 30-44 sebanyak 41,7 persen dan 45-60 tahun sebanyak 43,7 persen.
Sementara itu di Karawang, masing-masing 14,2 persen, 60 persen dan 25 persen, serta di Cianjur berurutan 7 persen, 48,5 persen dan 42,2 persen.
"Siapa yang kelak menjadi petani di daerah tersebut, kalau petani muda kurang dari 30 tahun jumlahnya relatif sediki," ujar Arif.
Arif yang juga Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB menyatakan, perlu ada insentif bagi anak-anak muda berpendidikan menengah dan tinggi agar tertarik dan terjun di pertanian dan perikanan.
Pola regenerasi petani dan nelayan, lanjut Arif, harus dilakukan secara terencana dan tidak bisa lagi mengandalkan regenerasi alami.
"Tentu kampus menjadi salah satu alternatif sumber pelaku pertanian masa depan," ujar Arif.
Arif mengungkapkan, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti-2011) yang bersumber dari UNESCO menunjukkan bahwa lulusan pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) sebanyak 3,32 persen dari total lulusan, yang lebih banyak dari Brazil 1,78 persen, Amerika Serikat 1,06 persen, Jepang 2,28 persen, Malaysia 0,58 persen dan Korea Selatan 1,26 persen.
"Artinya memang redahnya lulusan pertanian adalah tren dunia," ucapnya.(*)