Bojonegoro Pastikan Beras Baru Untuk 118.354 RTS
Minggu, 15 Juni 2014 22:30 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, memastikan jatah beras baru produksi 2014, yang akan dibagikan kepada 118.354 rumah tangga sasaran (RTS) untuk alokasi Juni, disebabkan beras lama stok Bulog Sub Divre III Bojonegoro, sudah habis.
"Stok beras lama Bulog Sub Divre III Bojonegoro sudah habis, sehingga jatah beras bagi warga miskin untuk Juni tidak ada beras lama, tetapi semuanya beras produksi 2014," kata Asisten II Bidang Perekonomian Pemkab Bojonegoro Setyo Yuliono, Minggu.
Informasi yang diterima dari Bulog Sub Divre III, katanya, stok beras lama sudah habis, karena didistribusikan keberbagai daerah di Indonesia.
"Kami akan mengecek langsung ke gudang bulog untuk memastikan beras yang akan didistribusikan merupakan beras produksi baru," tandasnya.
Meski demikian, menurut dia, kalau memang dalam pendistribusian beras bagi warga miskin masih ditemukan beras dengan kualitas yang tidak standar, maka Bulog Sub Divre III siap mengganti dengan beras yang kualitasnya standar.
"Warga bisa langsung meminta ganti kepada petugas pembagi di desa kalau beras yang diterima tidak sesuai standar," ujarnya, menegaskan.
Ia juga menjelaskan beras jatah warga miskin untuk alokasi Nopember dan Desember sudah didistribusikan beberapa waktu lalu, karena untuk mempercepat pendistribusian, sekaligus memudahkan pelaporan administrasi.
"Tapi kami belum tahu apakah nanti ada jatah beras bagi warga miskin ke-13," ucapnya.
Ia menambahkan penerima beras jatah warga miskin di daerahnya masih tetap sama dengan tahun lalu dengan jumlah sebanyak 118.354 RTS.
Penerima terbanyak, katanya, di Kecamatan Kedungadem, dengan jumlah 8.679 RTS dan paling sedikit di Kecamatan Kedewan, sebanyak 612 RTS.
"Tahun ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan pembaharuan data, tetapi untuk penerimaan 2015," tuturnya.
Dimintai konfirmasi terpisah, Kepala Bulog Sub Divre III Bojonegoro Efdal, menjelaskan stok beras di tempatnya yang didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia mencapai sekitar 55 ribu ton.
"Pendistribusian ke berbagai daerah itu untuk pemerataan," jelasnya. (*)