Surabaya (Antara Jatim) - Tim "World Wildlife Fund (WWF)" memberikan dongeng (story telling) dan permainan (games) tentang lingkungan hidup kepada 186 siswa TK/KB Gloria-3 Surabaya untuk memperingati Hari Lingkungan se-Dunia (5/6) di sekolah itu, Kamis. "Adik-adik, ada suara tangisan di rumah Pak Tongkat Kayu dan Bu Tusuk Gigi di tengah hutan, ternyata itu suara tangisan dari si pensil merah, lalu seorang anak bernama Lintang menanyakan penyebab si pensil merah menangis," kata penyampai 'story telling' WWF-Indonesia, Melina. Akhirnya, Si Pensil Merah menjawab bahwa banyak anak-anak di dunia yang membuang pensil, meski belum habis, lalu banyak pula anak-anak yang membuang pensil atau hasil serutan dari pensil di sembarang tempat, sehingga banyak kayu terbuang percuma. "Kalau banyak kayu yang terbuang percuma, maka akan banyak kayu di hutan yang hilang, sehingga hutan bisa gundul. Kalau hutan gundul, maka lingkungan kita akan mudah tercemar, karena itu simpan pensil yang tidak terpakai dan buang sampah hasil serutan pensil pada tempat sampah atau ditanam di tanah agar menjadi pupuk," katanya. Sang pendongeng dari WWF itu pun bertanya, "Adik-adik harus kasihan pada Si Pensil Merah dan meniru Si Lintang untuk tidak membuang sampah hasil serutan pensil secara sembarang dan menghemat pemakaian pensil, jadi harus dimulai dari 'aku' dan dari hal-hal kecil seperti 'si pensil merah' itu," tuturnya. Mendengar dongeng itu, anak-anak tampak antusias dan riang, namun sebagian anak itu menunjukkan gaya khas anak-anak, seperti ketika pendongeng mempraktikkan cara membuang pensil sembarang dengan melempar pensil begitu saja, maka ada anak yang menghampiri pensil itu untuk diambil, tapi ada juga yang mengembalikan kepada pendongeng, sehingga pendongeng pun tersenyum. Menurut koordinator survei WWF di Surabaya, Yudhistira Rampisela, dongeng merupakan salah satu dari kegiatan peduli atau cinta lingkungan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup 5 Juni di TK/KB Gloria-3 Surabaya. "Kegiatan lain untuk anak-anak adalah kita berikan permainan, seperti engkle dengan membaca kalimat tentang hemat energi, hutan, laut, dan pengenalan satwa pada setiap kotak engkle. Ada pula permainan daur ulang botol air mineral menjadi tempat pensil, lalu film pemburu binatang serta foto bersama poster satwa," katanya. Senada dengan itu, Brand and Creativ Production Manager WWF-Indonesia, Adji Santoso, mengatakan pengenalan cinta lingkungan pada anak-anak TK (taman kanak-kanak) dan KB (kelompok bermain) itu sangat efektif, karena penyelamatan lingkungan akan terjadi sejak dini. "Karena itu, kami memilih peringatan Hari Lingkungan Hidup pada lembaga pendidikan, seperti di Sekolah Gloria-3 Surabaya yang sudah kami lakukan sebanyak dua kali ini. Kami juga melakukan hal yang sama pada sekolah-sekolah lain, baik TK, SD, SMP, maupun SMA, tapi caranya berbeda," katanya. Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah KB-TK Kristen Gloria-3, Pakuwon City, Surabaya, Yenliana Wijaya SS, mengatakan pihaknya menyambut baik kegiatan WWF, karena itu pihaknya melibatkan 153 siswa TK dan 33 siswa KB. "Kami ingin mengajarkan anak-anak untuk melestarikan lingkungan melalui hal-hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, hemat air, dan hemat listrik, apalagi WWF mengajarkan dengan cara-cara yang cocok untuk anak-anak," katanya, didampingi PR Yayasan Pendidikan Gloria Surabaya, Ike Meliana. (*)
Berita Terkait

WWF harapkan RI tak keluar dari Perjanjian Paris
13 Februari 2025 20:01

Probolinggo jadi pemenang dalam ajang kompetisi OPCC 2024
19 September 2024 16:04

PJT I, CISPDR China dan Indra Karya kerja sama kelola SDA-EBT
24 Mei 2024 16:23

PLN pastikan saluran listrik ke Bali untuk penutupan WWF 2024 aman
24 Mei 2024 16:11

Penanggulangan bencana Sumbar contoh praktik CoE di WWF Bali
22 Mei 2024 12:47

Bentoel Group pamerkan inisiatif "Save the Drop" pada WWF Ke-10
22 Mei 2024 12:34

Indonesia tunjukkan kepemimpinan isu air di WWF
22 Mei 2024 10:40

Pemkot Kediri: Stan kuliner di gelaran WWF Ke-10 diminati turis
22 Mei 2024 06:11