Profauna Indonesia Ubah Logo
Minggu, 1 Juni 2014 21:31 WIB
Malang (Antara Jatim) - ProFauna Indonesia mengubah logo lamanya berupa lutung hitam yang sudah 20 tahun digunakan itu menjadi gambar primata dan hutan yang dinilai lebih segar.
Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursajid, Minggu, mengemukakan selain mengubah logo baru, ProFauna yang sebelumnya sekadar nama, sekarang juga mempunyai kepanjangan, yakni Protection of Forest and Fauna (Profauna), dan penulisan sebelumnya ProFauna menjadi PROFAUNA serta meluncurkan sejumlah program baru.
"Logo ProFauna yang dulu lutung hitam, sekarang menjadi primata dan hutan, kalau dulu ProFauna tidak ada singkatannya, sekarang ada dan program-programnya pun juga ditambah, sehingga Profauna sekarang benar-benar menjadi 'New PROFAUNA'," katanya saat peluncuran nama baru dan loga ProFauna tersebut di Petungsewu Adventure, Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, logo baru PROFAUNA ini menguatkan semangat bagi seluruh komponen yang ada di dalam PROFAUNA Indonesia bahwa PROFAUNA bukan hanya bekerja untuk melindungi satwa liar Indonesia, namun juga melindungi hutan yang semakin menciut luasnya. Tanpa hutan yang terjaga, semakin sulit satwa liar untuk bertahan hidup.
Disela-sela peluncuran itu, PROFAUNA juga mengenalkan program utama dan kebijakannya yang akan difokuskan pada enam isu, yakni Combating wildlife crime (Melawan kejahatan terhadap satwa liar), Protecting forest (melindungi hutan), Against wildlife abuse (menentang penyalahgunaan satwa liar), Ranger (penjaga hutan), Support local community (mendukung masyarakat lokal), dan Grassroots movement (gerakan masyarakat untuk alam).
Mengenai kebijakan baru setelah logo dan penulisannya (nama) berubah, Rosek mengatakan tidak akan mengubah kebijakan yang sudah dijalani selama 20 tahun dan PROFAUNA akan tetap bekerja untuk melindungi satwa liar, namun sekarang porsi perlindungan hutan menjadi lebih besar dalam kebijakan PROFAUNA yang baru.
Selain itu, lanjutnya, PROFAUNA sekarang juga lebih meningkatkan program partisipasi masyarakat dalam perlindungan hutan dan satwa liar karena tanpa peran masyarakat, cita-cita untuk melestarikan hutan dan satwa liar hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Lebih lanjut Rosek mengatakan enam isu utama yang diusung PROFAUNA itu merupakan wujud dari rencana strategis PROFAUNA yang disusun oleh sejumlah aktivis dan advisory board PROFAUNA pada bulan Maret 2014.
Sementara Advisory Board PROFAUNA Dr Herlina Agustin mengatakan dirinya sangat setuju PROFAUNA bekerja untuk isu hutan dan penyalahgunaan satwa liar karena ini menjadi masalah serius di Indonesia yang perlu juga ditangani oleh PROFAUNA.
Advisory board PROFAUNA lainnya Daniel Stepanus menambahkan satwa liar dan hutan adalah satu kesatuan, sehingga sangat tepat jika PROFAUNA bekerja di kedua isu tersebut.
"Perburuan satwa liar itu berjalan seiring dengan perusakan hutan. Hutan yang rusak membuat akses pemburu lebih mudah dalam berburu satwa liar dan kalau dibiarkan terus menerus, bagaimana satwa liar yang dilindungi itu bisa bertahan dan akhirnya punah akibat rusaknya habitat mereka," tegas Rustam, peneliti satwa liar di Kalimantan sekaligus advisori board PROFAUNA lainnya yang juga hadir dalam peluncuran logo dan nama baru PROFAUNA. (*)