245 Siswa SMP di Jember Gugur UN
Rabu, 7 Mei 2014 9:44 WIB
Jember (Antara Jatim) - Sebanyak 245 siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat di Kabupaten Jember, Jawa Timur, dinyatakan gugur atau tidak lulus ujian nasional (UN) karena mengundurkan diri dan tidak mengikuti UN yang digelar secara serentak sejak Senin (5/5) hingga Kamis (8/5).
"Ratusan siswa tersebut mengundurkan diri tanpa keterangan, setelah mereka tercatat dalam daftar nominasi tetap (DNT) peserta UN di Jember," kata Kepala Bidang SMP dan SMA Dinas Pendidikan Jember Tatang Priyanggono, Rabu.
Beberapa alasan penyebab siswa mengundurkan diri sebagai peserta UN di Jember antara lain pindah atau mutasi ke sekolah lain, ikut bekerja orang tuanya ke luar kota, dan sebagian siswa menikah sebelum pelaksanaan UN.
"Sebagian siswa memang tidak menyampaikan alasan mereka mengundurkan diri sebagai peserta UN atau tanpa keterangan, padahal pihak sekolah sudah memberikan pemahaman tentang pentingnya mengikuti UN," tuturnya.
Menurut dia, jumlah siswa yang tidak lulus UN karena mengundurkan diri tahun 2014 lebih banyak dibandingkan tahun lalu sebanyak 110 siswa yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember.
"Saya berharap delapan siswa sakit dan tiga siswa yang mengajukan izin tidak mengikuti UN secara serentak dapat mengikuti ujian susulan di masing-masing sub rayon pada 12-16 Mei 2014," katanya.
Ia menjelaskan siswa yang tidak mengikuti UN susulan maka dianggap mengundurkan diri karena tidak ada UN ulangan, namun mereka diperbolehkan mengikuti Kejar Paket B untuk mendapatkan ijazah setaraf SMP. Namun jika tidak mau memiliki ijazah dari paket B, maka siswa tersebut harus mengikuti UN pada tahun berikutnya.
Sementara Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Jember Mahfudz mengakui ada beberapa siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang mengundurkan diri karena dinikahkan oleh orang tuanya, sehingga mereka tidak mengikuti UN karena malu pada teman-temannya.
"Pihak sekolah sudah maksimal memberikan pemahaman kepada orang tuanya untuk tidak menikahkan anaknya sebelum pelaksanaan UN, namun hal tersebut diabaikan karena kurangnya kesadaran orang tua terkait dengan pentingnya pendidikan," paparnya.(*)