Boediono: Masyarakat Sekitar Kelud Hidup Normal
Minggu, 27 April 2014 12:34 WIB
Oleh Ahmad Wijaya
Kediri (Antara) - Wakil Presiden Boediono mengatakan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Kelud (1731 mdpl), Kediri, Jawa Timur, saat ini sudah melakukan aktivitas dengan normal dan masyarakat yang berdatangan untuk mengunjungi obyek wisata berjalan seperti biasa.
"Semuanya Alhamdulillah kembali normal, meskipun ada beberapa hal seperti pertanian yang harus diperbaiki tapi itu bisa sambil berjalan," kata Boediono kepada pers di Kediri, Minggu.
Hal tersebut disampaikan usai dirinya bersama Ibu Herawati Boediono meninjau objek wisata Kelud serta Sekolah Dasar Negeri Sugihwaras 1 yang rusak akibat erupsi Kelud 13 Februari 2014.
Menurut Boediono, masyarakat di sekitar Gunung Kelud juga sudah tidak lagi merasa ketakutan dan trauma dengan kejadian erupsi, sehingga memaksa penduduk harus mengungsi ke tempat aman.
"Gunung Kelud memang irama letusannya teratur yaitu 15-30 tahun dan ke depan penanganannya diserahkan ke daerah masing-masing," kata Wapres.
Boediono minta agar pemerintah daerah setempat harus terus mempersiapkan sarana dan prasarana bagi penduduk bila terjadi erupsi lagi.
"Masyarakat Jatim memang terkenal dengan kebersamaan dan saling menolong. Itu aset yang luar biasa," tutur Boediono.
Indikasi normalnya kehidupan setempat adalah banyaknya wisatawan lokal yang datang silih berganti berkunjung ke obyek wisata Kelud.
Dari pantauan terdapat belasan bus wisata parkir di lokasi wisata yang dikunjungi Wapres.
"Saya bersama keluarga datang dari Tulungagung untuk melihat keindahan Kelud, dan baru sekali ini setelah erupsi," ucap seorang wisatawan Agus Pranowo.
Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan erupsi pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula siaga menjadi awas.
Perubahan status Gunung Kelud nisbi sangat cepat, dari sebelumnya aktif normal berubah menjadi waspada pada Minggu (2/2), dan berubah lagi menjadi siaga pada Senin (10/2) pukul 16.00 WIB, dan pada Kamis (13/2) pukul 21.15 WIB berubah statusnya menjadi awas.
Akibat erupsi itu, merusak ribuan rumah maupun fasilitas umum, pertanian, peternakan, dengan kerugian miliaran rupiah.(*)