Si Unyil Ingin Mendunia
Senin, 21 April 2014 8:12 WIB
Oleh Anom Prihantoro
Untaian kata tak lekang oleh waktu agaknya pantas disematkan kepada karakter fiksi asli Indonesia, Si Unyil, yang belakangan ingin mendunia layaknya Upin dan Ipin dari Malaysia atau bahkan Doraemon asal Jepang serta Superman dari Amerika Serikat.
Karakter-karakter dalam cerita Si Unyil yang terdiri atas Unyil sendiri beserta Usro, Ucrit, Endut, Cuplis, Pak Ogah, Pak Raden, Mbok Bariah, Meilani, Bang Togar, Joni dan tokoh lainnya bak melegenda di Indonesia sejak pertama kali muncul di layar kaca pada awal 1980-an, hingga kini 2010-an. Hanya saja sampai sekarang atau tiga dasawarsa terakhir Si Unyil dan kawan-kawannya baru dikenal publik dalam bentuk boneka tangan saja.
Setidaknya, mimpi mendunia itu ingin segera diwujudkan dengan memulai ekspansi bisnis karakter Si Unyil yang tidak hanya dalam bentuk boneka saja. Dengan kata lain, Unyil ingin segera berbentuk lain menjadi seperti animasi tiga dimensi (3D), baik serial maupun layar lebar, mini operet dan permainan telepon genggam serta komputer untuk pertama kalinya.
Bentuk lain dari Unyil itu tidak lain adalah untuk mewujudkan mimpi "go international" karakter ciptaan asli dari pria berusia yang kini mendekati usia 82 tahun, Pak Raden (bernama asli Suyadi).
"Kami berupaya membuat Si Unyil menjadi 'go international' layaknya karakter lain. Dia bisa bersanding dengan tokoh-tokoh fiksi lain misalnya saja Captain America, Spiderman, Superman dan karakter lain yang telah lebih dulu mengglobal," kata Direktur Utama Perum Produksi Film Negara (PFN) Shelvy Arifin saat ditemui Antara.
PFN sendiri merupakan pemegang hak ekonomi karakter Unyil dan kawan-kawannya selama sepuluh tahun ke depan setelah mendapatkan persetujuan dari Pak Raden. Artinya BUMN yang bergerak dalam bidang perfilman itu memiliki hak komersial karakter Unyil, Usro, Ucrit, Endut, Cuplis, Pak Ogah dan tokoh lainnya untuk berbagai kepentingan bisnis.
Sejatinya optimisme mendunia itu memiliki sejumlah modal penting berkaca dari kesuksesan karakter lain dari luar negeri lewat jalan animasi. Sebutlah tokoh-tokoh dalam animasi Upin dan Ipin yang menggunakan latar belakang kehidupan pedesaan di Malaysia.
Nuansa desa nampaknya tidak hanya dipakai kreator Upin dan Ipin untuk menanamkan sisi cerita yang kuat bermaterikan kearifan lokal. Animasi dari Jepang seperti Doraemon, Naruto, Sin Chan dan Ninja Hatori juga mampu sukses lantaran bisa "menjual" nilai-nilai pedesaan dari Negeri Matahari Terbit bukan mengeksplorasi budaya global yang sarat dengan nilai-nilai "biasa" dan "umum".
Untuk Si Unyil versi animasi sendiri juga akan mengulang kesuksesan versi boneka Unyil dan animasi-animasi dunia lainnya. Ceritanya akan menonjolkan cerita dengan latar belakang desa Suka Maju, sebagaimana cerita aslinya kala masih dalam bentuk boneka tangan.
Suka Maju merupakan sebuah tempat yang memiliki latar belakang desa yang asri, hijau, rindang, penuh pepohonan dan memiliki hutan lindung. Karakteristik rumah penduduknya yang berpagar bambu bisa menggambarkan kesederhanaan dan kebersahajaan penduduknya termasuk hubungan antarpenghuni desa yang toleran dan tidak egois.
Beraneka macam penduduk Suka Maju itu nampak dari etnis Jawa diperankan yang Pak Raden. Kemudian ada figur penjual rujak Mbok Bariah yang kental dengan logat Madura. Selain itu, ada Meilani dari keturunan Tionghoa dan Bang Togar bersuku Batak.
Upin dan Ipin telah sukses terlebih dahulu mendunia setelah animasi buatan Les' Copaque Production itu mampu tayang di Indonesia dan Turki. Meski berkaca dari kesuksesan kartun negeri jiran tersebut, Shelvy enggan menyebutkan jika Unyil versi animasi berupaya menjiplak langkah-langkah pemasaran dari kartun Malaysia itu. Alasannya, "Si Unyil" telah memiliki karakter yang kuat, hanya saja belum ada versi animasi.
Sementara itu, Shelvy menargetkan kualitas gambar yang baik dari Si Unyil selain menonjolkan sisi cerita.
"Targetnya, sisi grafis Si Unyil harus lebih baik dari Ipin dan Upin. Tantangannya adalah kami harus bisa menuliskan cerita yang kuat. Bagusnya grafis saja tidak cukup untuk mendapatkan reaksi positif dari pasar".
"Intinya kami ingin bilang bahwa Unyil itu mampu menguatkan karakter bangsa. Unyil ini bisa menjadi gambaran anak Indonesia," kata dirut PFN itu.
Terlebih menurut dia, konsep grafis dari Si Unyil telah matang dan sempurna. Pekerjaan selanjutnya adalah membuatnya lebih sempurna. "Konsep grafisnya kami dapatkan dari Pak Raden. Karakternya sudah sempurna," katanya.
Karakternya memang sudah kuat, tetapi PFN memiliki pekerjaan rumah besar agar Si Unyil mampu merebut hati masyarakat Indonesia dan dunia.
"Tentu jalan yang harus kami tempuh adalah membuat Unyil dan kawan-kawannya berada di dalam cerita kekinian tanpa melepaskan karakter aslinya. Sehingga Si Unyil mampu diterima masyarakat dan bisa bersaing dengan karakter lain terutama karakter dari luar negeri yang sudah terlebih dahulu tenar dan mendunia," katanya.
"Rencananya, untuk serial animasi itu kami membuat satu episode berdurasi tiga puluh menit yang terdiri atas dua cerita, satu cerita itu 15 menit. Pendekatan ceritanya akan menggunakan hal yang sama sebagaimana versi bonekanya," katanya.
Shelvy juga mengatakan Si Unyil versi animasi akan segera tayang pada awal tahun depan.
"Awal 2015 kami targetkan sudah tayang meski sekarang masih praproduksi. Konsepnya sudah kami siapkan videonya," ujarnya.
Menurut dia, belum jelas stasiun televisi mana yang akan menayangkan Si Unyil versi baru itu kelak. Satu hal yang pasti dirinya optimistis animasi Unyil dan kawan-kawan akan sukses seperti versi boneka. Kesuksesan itu pernah ditorehkan lewat penayangannya yang berganti di televisi seperti TVRI dan Trans 7 dalam kurun sekitar tiga puluh tahun terakhir.
Rencananya, kata Shelvy, Si Unyil juga akan tayang di sejumlah stasiun televisi internasional yang dijalin melalui kerja sama.
Unyil Butuh Sponsor
Meski telah siap tayang untuk versi serial animasinya, Si Unyil memiliki kendala klasik terkait pendanaan.
"Memang saya akui PFN memiliki utang yang cukup besar sekitar Rp11 miliar. Maka dari itu, pembiayaan itu akan berat jika berasal dari kami sendiri kecuali mencari sponsor baik dari pemerintah maupun swasta. Tantangan utamanya berarti adalah untuk mengatur aliran dana. Kami sangat mengharap ada bantuan investasi," kata Shelvy.
"Untuk 'funding' (pembiayaan) kami sedang mengumpulkannya seiring PFN yang mulai bangkit belakangan ini. PFN ini 'kan untuk pendidikan dan bermanfaat bagi anak. Beberapa BUMN seperti Bank Mandiri, Telkom dan perusahaan swasta akan kami ajak kerjasama. Kami yakin mereka punya kepedulian terhadap anak Indonesia," katanya.
Keinginan tersebut juga diamini oleh pencipta karakter Si Unyil, Pak Raden.
Pria bernama asli Suyadi itu mendesak pemerintah dan swasta untuk mensponsori proyek animasi tiga dimensi Si Unyil demi pendidikan anak, mengingat materi cerita dari karakter boneka asli Indonesia itu sangat bermanfaat untuk budi pekerti.
"Jika cinta anak Indonesia, maka berbondong-bondonglah pihak pemerintah termasuk swasta tanpa ragu mensponsori Si Unyil. Marilah kita rayakan keindonesiaan dalam kampung bernama Suka Maju dan dukung Si Unyil generasi yang baru," katanya. (*)