Dino Patti Djalal "Malas" Kampanye di Kampus
Selasa, 18 Maret 2014 19:28 WIB
Malang (Antara Jatim) - Peserta konvensi Partai Demokrat Dr Dino Patti Djalal mengaku tidak suka alias "malas" berkampanye di lingkungan kampus, baik swasta maupun negeri.
"Kalaupun saya datang ke kampus-kampus, termasuk kampus besar di Malang ini, bukan berarti saya berkampanye. Bahkan, sepanjang acara juga tidak ada ajakan atau statemen politik yang saya lontarkan pada mahasiswa," tegas Dino Patti Djalal usai memberikan kuliah tamu di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa.
Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat periode 2010-2013 itu mengatakan kehadirannya di kampus-kampus tersebut sebagai mantan duta besar untuk bicara soal diplomat yang berada di lapangan sekaligus memberikan pencerahan bagi mahasiswa, hukan untuk menggalang suara pemilih pemula.
Ia mengaku dirinya hanya ingin bagaimana mahasiswa bisa mengubah pandangannya dan membuka mata untuk melihat dunia yang sudah berubah seperti sekarang ini dan lebih dinamis.
Menyinggung soal Pemilu, Dino Patti Djalal mengatakan Pemilu 2014 merupakan proses regenerasi dan harus ada wajah-wajah baru, nama-nama baru serta suara-suara baru. "Saya ingin menjadi bagian dari sesuatu yang baru itu," ujarnya.
Meski dirinya berpartisipasi dalam konvensi Partai Demokrat, tapi Dino mengaku tidak terlalu 'ngoyo'. Sebab, tujuan utamanya hanya ingin membantu dan ingin menajamkan konsep bangsa, bukan mengejar kekuasaan.
Bahkan, lanjutnya, dalam konvensi ia juga jalan terus hingga sembilan kali perhelatan debat. Hasilnya dan siapa yang bakal diusung menjadi calon presiden (capres) dari Partai Demokrat akan diumumkan akhir April atau awal Mei nanti.
Mengenai banyaknya warga yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golongan putih (golput) pada pemilu-pemilu sebelumnya, Dino berharap tidak akan terjadi lagi pada pemilu 2014.
Para pemilih pemula yang sebagian berada di kelas akhir SMA dan mahasiswa, kata Dino, diharapkan menggunakan hak pilihnya, bahkan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri pun diharapkan juga menyalurkan aspirasi politiknya dalam Pemilu 2014.
"Jangan sampai dengan sumbangan TKI yang mencapai lebih dari Rp70 triliun itu, mereka tidak menggunakan hak suaranya," katanya.
Sementara itu dalam kuliah tamunya dihadapan ratusan mahasiswa UMM tersebut, Dino Patti Djalal lebih banyak menceritakan perkembangan dunia pada abad 20 hingga 21 yang mengalami banyak pergeseran, termasuk di Asia Tenggara.
Bahkan, pada tahun 2050 di Asia Pasifik tidak akan ada kemiskinan lagi dan akan ada sekitar 7 miliar orang lagi yang masuk kategori kelas menengah karena semakin terbukanya peluang dan penciptaan kekayaan.
"Kondisi yang terus berkembang dan perubahan dahsyat inilah yang harus dihitung secara cermat oleh para diplomat kita, sehingga bisa berdampak positif badi negeri kita tercinta," tegasnya.(*)