Surabaya (Antara Jatim) - Salah satu hal yang penting bagi masyarakat Indonesia untuk menghadapi tantangan Pasar Bebas atau yang dikenal "ASEAN Free Trade Agreement" (AFTA) 2015 adalah dengan cara menguasai bahasa asing. Bahasa asing yang menjadi penting saat ini untuk dikuasai adalah bahasa Inggris dan Mandarin. Hal ini dikarenakan dua bahasa asing tersebut yang secara tidak langsung lebih banyak digunakan dalam bidang perdagangan di dunia. Untuk menghadapi hal itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia harus menyiapkan sejak dini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah khususnya di Kota Surabaya adalah dengan membangun rumah bahasa. Ide membuat rumah bahasa, menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini muncul pada saat dia melihat persiapan beberapa negara ASEAN menyambut AFTA dengan memantapkan bahasa asing. Bahkan, wali kota mengaku pernah mendengar bahwa Bahasa Indonesia mulai diajarkan di Thailand. Tak ingin ketinggalan langkah, wali kota akhirnya memutuskan membuat suatu wadah bagi masyarakat untuk belajar dan mengasah kemampuan berbahasa asing. Hal ini untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari negara lain saat era AFTA tersebut resmi berlaku. Geliat dunia usaha antarnegara dipastikan semakin bebas lantaran kebijakan pembatasan makin longgar. Kondisi tersebut membuat para pengusaha dari negara lain makin leluasa membuka usaha di Indonesia, begitu pula sebaliknya. "Bagaimana pelaku usaha lokal bisa berkomunikasi kalau tidak menguasai bahasanya? Jangankan memperoleh keuntungan yang ada nanti malah tertipu," kata Risma. Untuk itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan rumah bahasa yang berlokasi di gedung balai budaya atau kompleks Balai Pemuda pada Selasa (4/2). Wali kota mengaku tidak ada anggaran khusus untuk pelaksanaan rumah bahasa ini karena semua pengajar berstatus volunteer atau sukarela. Kendati tidak mendapat bayaran sepeser pun, tetap saja antusiasme mereka yang ingin menjadi pengajar sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari membludaknya jumlah pengajar yang telah mendaftar, yakni mencapai 200 orang. "Jumlah itu diprediksi masih akan terus bertambah," katanya. Meskipun respons pengajar sukarela sangat tinggi, namun pemkot tetap memberlakukan kualifikasi. Kabag Kerja Sama Pemkot Surabaya Ifron Hady Susanto menyatakan pihaknya tak ingin para tutor tersebut mengajarkan teori yang salah kepada masyarakat. Untuk itu, saat mendaftar calon pengajar wajib mengisi formulir pemantauan kapabilitas, serta simulasi singkat untuk memonitor apakah calon pengajar tersebut benar-benar layak memberi materi. "Jadi pendaftar untuk volunteer tidak serta-merta langsung bisa mengajar," ujarnya. Konsep rumah bahasa, kata Ifron, berbeda dengan tempat kursus bahasa pada umumnya, yakni peserta diberikan materi bahasa asing praktis secara sederhana yang berhubungan langsung dengan profesi masing-masing. Teknisnya, lanjut dia, para peserta terlibat percakapan dalam grup kecil yang berisi 3-4 orang, plus 1 tutor. Jumlah peserta dalam 1 grup sengaja dibatasi dengan harapan materi lebih cepat diserap. "Kalau terlalu banyak teori nanti malah membosankan, mengingat sasaran rumah bahasa ini seluruh lapisan masyarakat, utamanya para pelaku usaha kecil menengah (UKM), sopir taksi, pedagang serta profesi lainnya yang berhubungan dengan jasa dan perdagangan," katanya. Adapun jenis bahasa asing yang diajarkan dalam rumah bahasa sementara ini meliputi bahasa Inggris dan Mandarin. Namun tidak menutup kemungkinan, ke depan dengan mempertimbangkan animo masyarakat ragam bahasa akan ditambah. Untuk jam operasional, Ifron menjelaskan, setiap harinya akan dimulai pukul 09.00 WIB hingga 21.00 WIB. Rentang waktu tersebut terbagi dalam beberapa sesi dimana per sesinya berlangsung selama satu setengah jam. Khusus bahasa Mandarin hanya tersedia pada Senin dan Kamis. Hal itu seiring masih terbatasnya tenaga pengajar. Lantas bagaimana cara melakukan pendaftaran bagi yang berminat? Ifron mengatakan, masyarakat dapat mendaftar dengan cara datang langsung maupun secara online, yakni dengan mengakses website www.surabaya.go.id. Di situ, warga bisa mendapat informasi sejelas-jelasnya tentang rumah bahasa, sekaligus juga bisa melakukan registrasi. Syarat pendaftaran cukup menunjukkan kartu identitas (KTP) di rumah bahasa dan seluruh peserta tidak dipungut biaya alias gratis. Klinik Rumah Bahasa juga memiliki beberapa klinik atau layanan, yakni klinik perdagangan dan jasa yang melayani penyediaan informasi perizinan bidang perdagangan dan industri serta fasilitasi sertifikasi produk bagi usaha kecil menengah. Klinik ini berada di bawah Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Selanjutnya, Klinik koperasi dan UMKM di bawah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang melayani penyediaan informasi pembentukan koperasi dan pendampingan usaha bagi pedagang mikro (pedagang kaki lima). Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surabaya, Hadi Mulyono, mengatakan keberadaan Rumah Bahasa ini akan berdampak positif pada percepatan kesiapan pelaku usaha menghadapi era AFTA tahun depan. "Ketika AFTA diberlakukan, kita tidak melihat siapa yang masuk tetapi bagaimana kesiapan kita sehingga usaha mikro lebih dini kita siapkan. Kalau soal komoditas kan pekerjaannya, tapi bagaimana masalah bahasa, paling tidak mereka diberi peningkatan kemampuan berbahasa, sehingga komunikasi itu nyambung. Itu yang kita lakukan di Rumah Bahasa ini," ujar Hadi. Menurut Hadi, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha, termasuk para pedagang kaki lima agar memaksimalkan keberadaan Rumah Bahasa yang memang diperuntukkan bagi semua ini. "Kita giring ke sini sehingga bisa membuka wawasan. Selain belajar bahasa, mereka juga bisa belajar melakukan transaksi secara online," jelasnya. Selain itu, ada pula klinik ketenagakerjaan di bawah Dinas Tenaga Kerja yang melayani penyediaan informasi kesempatan kerja dan pelatihan ketenagakerjaan. Tak kalah pentingnya, klinik investasi yang melayani penyediaan informasi penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Di klinik pariwisata, para pelaku pariwisata seperti sopir taksi, bemo, dan bis akan dibekali ilmu bahasa. Sebab, jumlah wisatawan yang datang ke Surabaya dua tahun terakhir jumlahnya terus meningkat. Apalagi, AFTA 2015 mulai dilaksanakan, otomatis lalu lintas manusia akan ramai. "Kita akan berikan pendidikan bahasa asing kepada para sopir angkutan umum, supaya mereka bisa berkomunikasi dengan mereka. Sehingga, wisatawan tersebut merasa nyaman berada di Surabaya," kata Kabag Kerja Sama Pemkot Surabaya Ifron menambahkan. Jika perlu, lanjut dia, tidak hanya sopir angkutan saja, namun semua lini harus bisa berbahasa asing. Bali dan Yogya hampir semua lini masyarakatnya sudah fasih berbahasa asing terutama bahasa Inggris. "Kita ingin Surabaya menjadi salah satu destinasi bagi wisatawan asing," tukasnya. Menurut dia, para sopir angkutan umum tidak hanya dituntut untuk mengetahui bahasa Inggris, melainkan mereka harus menguasai budaya Surabaya, mulai dari makanan, tempat wisata, kerajinan, pusat-pusat oleh mereka harus mampu menjelaskan kepada wisatawan. Dengan begitu, wisatawan merasa mudah mendapatkan informasi. "Tahun 2014 jumlah kunjungan kapal pesiar ke Surabaya meningkat, peluang sperti inilah yang harus kita kejar. Supaya mereka bisa betah dan akan berkunjung kembali ke Surabaya," katanya. Salah seorang pengemudi taksi, Adityo Pramono, yang berkesempatan mengikuti 1 sesi di rumah bahasa mengaku sangat terbantu. Menurut dia, tujuan adanya rumah bahasa sangat baik dan berguna bagi dirinya dan rekan-rekan seprofesi. Pria 34 tahun ini mengakui sopir taksi yang mampu berbahasa Inggris masih sangat sedikit. Perbandingannya, dari 20 orang hanya 1 yang menguasai bahasa Inggris. "Makanya, kami sangat menyambut baik dan mendukung sepenuhnya," kata Adityo yang asli Madiun ini. (*)
Rumah Bahasa, Cara Surabaya Songsong AFTA
Kamis, 13 Februari 2014 7:17 WIB