Menteri Kehutanan Enggan Tanggapi Polemik KBS
Senin, 20 Januari 2014 19:36 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan enggan menanggapi terlalu jauh polemik seputar Kebun Binatang Surabaya (KBS) saat berkunjung di Kabupaten Tulungagung, dengan dalih permasalahan itu masih akan dibahas bersama Pemerintah Kota Surabaya dan Gubernur Jawa Timur, Senin.
"Insya Allah sore ini saya akan bertemu dengan ibu Walikota (Surabaya, Tri Rismaharini) dan Pak Gubernur (Jatim, Soekarwo) untuk membahas permasalahan ini. Tunggu saja hasilnya," jawabnya saat dikonfirmasi wartawan usai menghadiri acara Jambore Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Waduk Wonorejo, Tulungagung.
Ia sama sekali tidak berkomentar mengenai perseteruan yang terjadi antara pengurus KBS lama (tim pengelola sementara) dengan pengurus KBS baru yang diwakili badan usaha milik daerah (BUMD) setempat.
Menurutnya, prioritas Kementrian Kehutanan saat ini adalah peningkatan kesejahteraan satwa, peningkatan kualitas kesehatan satwa, serta penyelamatan KBS.
Selain menyangkut eksistensi satwa dilindungi dan menjadi tanggung jawab negara, kasus kematian beruntun sejumlah binatang langka koleksi KBS hingga polemik yang mengiringi proses pengalihan manajemen KBS telah menjadi isu internasional.
"Intinya apapun langkah yang akan ditempuh pemerintah daerah akan kami dukung, selama itu untuk kepentingan kesejahteraan satwa dan penyelamatan KBS, bukan yang lain," tegasnya menanggapi rencana Pemkot Surabaya melaporkan dugaan barter satwa surplus koleksi KBS dengan sejumlah harta benda, saat KBS masih dipegang oleh tim pengelola sementara (TPS), ke Komisi pemberantasan Korupsi (KPK).
Namun ia buru-buru mengklarifikasi bahwa isu utama dalam kasus KBS adalah bagaimana mencari solusi penyelamatan KBS serta peningkatan kesejahteraan satwa.
"Satwanya milik negara, kalau surplus secara aturan tentu dibolehkan untuk dipindah ke kebun binatang lain atau lembaga konservasi yang memiliki kompetensi," tandasnya.
Poolemik seputar pengelolaan KBS seolah mencapai puncaknya setelah seekor singa Afrika berumur 1,5 tahun bernama Michael ditemukan mati secara tidak wajar dengan kondisi leher terjerat tali kawat seling yang ada di dekat kandangnya.
Insiden kematian singa Afrika itu seolah menjadi penguat dari pemberitaan media asing "Daily Mail" yang menyebut KBS adalah "zoo of death" atau kebun binatang kematian.
Humas Kebun Binatang Surabaya (KBS) Agus Supangat mengatakan singa tersebut mati bukan karena terkena penyakit, melainkan mati karena lehernya terjerat sling atau tali terbuat dari baja yang digunakan sebagai penarik pintu kandang.
Mendapati hal itu, manajeman KBS langsung menerjunkan tim medis. Setelah dilakukan autopsi, memang singa tersebut dinyatakan kematiannya karena terjerat sling di bagian leher sehingga membuat binatang buas asal Afrika ini tidak bisa bernapas.
Michael sendiri bukan milik KBS yang kini dikelola Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (PDTS KBS). Singa itu adalah titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim yang dititipkan ke KBS pada 28 Maret 2013.
Kini dengan matinya Michael, koleksi singa di KBS sebanyak lima ekor, dengan perincian empat betina dan satu jantan.
Semenjak diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah Kota Surabaya, dalam triwulan terakhir atau sejak bulan Oktober hingga Desember 2013, total ada 30 satwa di KBS mati. (*)