Oleh Syaiful Hakim Jakarta (Antara) - Wakil Menteri Pertahanan dari Parlemen Jepang, Ryota Takeda memberikan bingkisan dan kartu nama pribadinya kepada mantan tentara Jepang yang ikut berperang kemerdekaan Indonesia, Rahmat Shigeru Ono (95). Penyerahan bingkisan dan kartu nama itu diserahkan langsung oleh Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin saat tiba di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, Jumat. Tak hanya itu, Wamenhan RI atas nama pemerintah Indonesia juga memberikan bingkisan dan uang saku kepada mantan tentara Jepang yang memiliki nama asli Sakari Ono. "Pak Ono, ini ada kartu nama dan bingkisan dari Wamenhan Jepang Ryota Takeda. Kami atas nama pemerintah RI juga memberikan bingkisan dan uang saku. Mudah-mudahan dapat dimanfaatkan," kata Sjafrie saat menyerahkan bingkisan itu. Rahmat Shigeru Ono yang didampingi oleh anak kandungnya dan menantu menerima bingkisan tersebut. Dari wajahnya terlihat kebangaan atas perhatian yang diberikan pemerintah Jepang dan Indonesia. Sesekali mata Shigeru Ono yang telah tertutup oleh kelopak matanya melihat wajah Wamenhan RI yang mengajak berbincang-bincang. Sejak beberapa tahun terakhir kedua mata Ono mengalami gangguan, sehingga tidak bisa melihat. Menurut Sjafrie, dengan adanya Shigeru Ono menunjukan historis kemanusiaan antara Indonesia dan Jepang. Sjafrie menambahkan, pemberian bingkisan kepada veteran RI itu menunjukan perhatian pemerintah kepada veteran cukup besar. "Ini menunjukan kepedulian Indonesia terhadap kemanusiaan, dimana, Ono itu penyandang bintang gerilya yang ikut dalam perjuangan kemerdekaan RI," ucap Wamenhan. Anak ke-9 dari Rahmat Shigeru Ono, Eru Suyno merasa senang atas pemberian bingkisan dari Kementerian Pertahanan Jepang dan pemerinntah Indonesia. Ono lahir tahun 1919 di Hokkaido, dan menjadi anggota Pasukan Gerilya Istimewa yaitu anggota Pasukan Untung Suropati 18 dan tinggal di Kota Batu, Jawa Timur. Pada tahun 1939 masuk militer dan pada tahun 1942, Ono masuk ke Indonesia dan berdinas di markas besar di Bandung pada tahun 1943. Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945 di saat itu Indonesia juga merdeka, Rahmat Sakari Ono memutuskan lari ke pasukan Indonesia dan dia pindah tugas ke divisi Jawa Timur, pada tahun 1948 Sakari Ono menjadi Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) dan menganti namanya dengan Rahmat Shigeru Ono. "Tangan kirinya harus diamputasi pada saat itu karena tangannya membusuk lantaran terkena bom," ungkap Eru. Pada tahun 1950 dia keluar dari kemiliteran Indonesia dan menikah dan menjadi petani hidup sederhana dan kekurangan. Meski, belum menjadi WNI, Rahmat Shigeru Ono banyak mendapat perhargaan pada tahun 1958 dari kemiliteran Indonesia. Rahmat resmi dinyatakan sebagai WNI di tahun 1962. "Bahkan, supaya keluarga di Jepang tidak mencarinya, bapak mengirimkan potongan rambut dan kukunya sebagai simbol supaya keluarganya mengira dia sudah gugur dalam peperangan," ujar Eru. Di Batu, Ono memilih menjadi petani apel. Hanya saja pekerjaan yang digelutinya sejak puluhan tahun lalu itu terhenti beberapa tahun lalu, setelah Ono merasa tak kuat lagi menjadi petani.(*)
Wamenham Jepang Berikan Bingkisan kepada Shigeru Uno
Jumat, 22 November 2013 14:03 WIB