Mahasiswa Blitar Ikrarkan Sumpah Pemuda Lewat Musik
Senin, 28 Oktober 2013 16:45 WIB
Blitar (Antara Jatim) - Sejumlah mahasiswa dari Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Jawa Timur, Senin, mengikrarkan Sumpah Pemuda lewat musik untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.
Mereka menggelar pentas seni di jalan dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Seluruh pendapatan dari pentas sederhana itu disumbangkan untuk pembangunan perpustakaan sejumlah sekolah di Blitar.
Koordinator aksi, Ainur Rofik, mengatakan pemuda mempunyai kontribusi yang besar untuk pembangunan. Mereka merupakan salah satu garda penerus bangsa.
"Kami merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab atas bangsa ini. Kami prihatin, masih banyak sekolah dasar yang belum mempunyai kantor perpustakaan yang standar," ucapnya.
Ia mengatakan refleksi sumpah pemuda itu sengaja dilakukan. Ia dengan rekan lainnya sengaja menggelar pentas musik. Kegiatan itu juga tidak dilakukan di lokasi panggung yang mewah, melainkan hanya di tepi jalan raya.
Ia menyebut kegiatan itu memang belum menghasilkan uang sumbangan yang besar untuk membantu membeli buku-buku perpustakaan. Namun, uang yang terkumpul itu sudah bisa membeli sejumlah buku untuk menambah koleksi buku di sejumlah perpustakaan sekolah dasar di Kabupaten Blitar.
"Kami berikan semua untuk pembangunan perpustakaan sekolah di Desa Suruh Wadang, lokasinya di Kabupaten Blitar bagian selatan. Kami prihatin, koleksi buku sangat minim," jelasnya.
Acara pentas seni itu sendiri diawali dengan pembacaan ikrar sumpah pemuda. Lokasinya di tepi jalan, Kelurahan Rembang, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar, yang diikuti belasan siswa.
Saat membacakan ikrar sumpah pemuda, mahasiswa itu dengan khidmat membacakan sumpah pemuda. Mereka turun jalan mengadakan refleksi sumpah pemuda. Selanjutnya, mereka turun ke jalan dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Mahasiswa juga menyediakan sebuah kotak yang fungsinya sebagai tempat uang sumbangan. Seluruh sumbangan dikumpulkan di tempat itu, dan rencananya diberikan kepada pengurus perpustakaan.
Aksi itu tidak mendapatkan kawalan yang ketat dari polisi. Mahasiswa juga tidak turun jalan dengan massa yang besar, lalu unjuk rasa ke kantor pemerintahan setempat, melainkan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. (*)