Rusia Skeptis terhadap Hasil Perundingan Nuklir Iran
Kamis, 17 Oktober 2013 3:57 WIB
Moskow (Antara/Reuters) - Moskow menyatakan skeptis terhadap hasil perundingan nuklir antara Iran dengan enam negara kuat dunia yang berakhir pada Rabu.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan bahwa pendekatan antara dua pihak dalam perundingan tersebut sangat berbeda, "terpisah beberapa kilometer."
Setelah perundingan di Jenewa yang melibatkan Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Rusia -- dan Jerman, Ryabkov mengatakan bawaha dia tidak dapat melihat adanya jaminan kemajuan dalam perundingan-perundingan selanjutnya.
"Hasil di Jenewa lebih baik dibandingkan di Almaty (perundingan pada April), namun hal itu tidak menjamin keberhasilan pada masa mendatang. Seharusnya kerja sama antara dua pihak bisa berjalan lebih baik," kata Ryabkov sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Interfax.
"Salah satu alasan skeptisisme ini adalah tidak adanya rasa saling percaya di antara negara peserta perundingan," kata dia sebagaimana dikutip dari Itar-Tass.
"Posisi pihak Iran dan kelompok lain (enan negara besar) sangat terpisah satu sama lain - keterpisahan itu bisa disamakan seperti beberapa kilometer, sementara kemajuan yang dicapai yang setengah meter," kata Ryabkov.
Namun di sisi lain, para diplomat dari negara-negara Barat memuji hasil perundingan yang berlangsung dua hari itu. Mereka menyatakan harapan kesuksesan perundingan lanjutan yang direncanakan berlangsung pada 7-8 November di Jenewa.
Republik Islam Iran memulai negosiasi dengan enam negara kuat setelah Hassan Rouhani terpilih menjadi presiden pada Juni lalu. Rouhani menjanjikan prinsip konsiliasi di atas konfrontasi dalam hubungannya dengan negara-negara lain.
Ryabkov mengatakan bahwa perbedaan pendekatan mengenai program nuklir di Iran terjadi karena perubahan kepemimpinan.
"Kami merasakan hal tersebut dalam perundingan di Jenewa, pendekatan yang dilakukan Iran dalam diskusi tersebut mencerminkan adanya perubahan," kata dia sebagaimana dikutip dari media lain.
"Namun dalam waktu-waktu tertentu, perundingan berlangsung sangat sulit, tegang, dan tidak bisa diprediksi," kata Ryabkov. (*)