Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan digelarnya pelatihan batik tulis yang diikuti oleh puluhan ibu rumah tangga di Kota Surabaya, merupakan penekanan akan pentingnya kemandirian dalam berusaha jelang pasar bebas atau "ASEAN Free Trade Area" (AFTA) 2015. "Kemandirian berusaha mutlak dimiliki warga Surabaya jika ingin tetap survive dalam menghadapi persaingan perdagangan global di tingkat ASEAN," kata Tri Rismaharini ketika memberikan sambutan dalam acara pelatihan batik tulis Kota Surabaya di aula Kecamatan Wonocolo, Kamis. Menurut dia, dirinya hadir demi mengingatkan ibu-ibu tersebut tentang perlunya bersiap diri menghadapi AFTA 2015. Sebab, jika tidak diingatkan, warga Kota Surabaya dikhawatirkan akan kaget dan hanya menjadi penonton. "Nanti, orang Asia akan bisa masuk ke Surabaya tanpa batas. Apakah kita bisa bertahan dengan kondisi seperti itu? Saya katakan kita harus bisa. Karena itu, saya datang di acara ini untuk menyemangati ibu-ibu bahwa kita bisa bersaing dengan orang-orang dari luar Negeri," tegasnya. Ia mengatakan kemandirian dalam berusaha, dengan sendirinya akan muncul bila seseorang mau memanfaatkan waktu luangnya. Tentunya pelatihan batik menulis ini merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kemandirian dalam berusaha. Jika ibu-ibu rumah tangga di Kota Pahlawan sudah terlatih dan piawai membuat batik tulis, diharapkan ke depannya mereka bisa memproduksi sendiri batik tulis di rumah mereka. Apalagi, pasar sejatinya sudah tersedia berupa jumlah penduduk Surabaya yang mencapai 3 juta jiwa. Itu belum termasuk penduduk dari kota tetangga Surabaya. "Suatu saat, keahlian membatik itu akan bisa jadi generator untuk pendapatan keluarga. Dari pada waktu luang hanya dipakai untuk menonton sinetron, lebih baik digunakan untuk belajar membatik. Mari bersama-sama kita manfaatkan waktu yang diberikan Tuhan," ujarnya. Wali kota mengatakan, selama ini dirinya rajin mempromosikan produk batik tulis Surabaya ke luar daerah, bahkan ke luar negeri. Salah satunya dengan setia mengenakan batik tulis pada acara-acara di luar kota ataupun di luar Negeri. "Batik tulis Surabaya itu antik, tidak seperti batik buatan mesin," ujarnya. Sementara itu, Penasehat Ketua Forum Perempuan Surabaya, Supomo mengatakan, kegiatan pelatihan membatik tulis ini diikuti oleh 62 ibu-ibu rumah tangga yang berasal dari Kecamatan Wonocolo, Sukolilo, Gubeng Tenggilis. Mereka akan belajar membuat gambar dan mencanting. Selama pelatihan, mereka akan terbagi dalam dua grup. "Sebenarnya membatik ini tidak sulit asal ada niat. Ada warga yang awalnya pasang kancing saja miring, tetapi sekarang sudah handal. Bahkan sudah ada ibu yang bisa memproduksi sendiri," ujar Supomo. Ketua Forum Perempuan Surabaya, Susi F Indriati menambahkan, pelatihan ini tidak sebatas hanya membuat batik tulis. Forum Perempuan Surabaya dengan bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surabaya juga akan berupaya memasarkan produk batik tulis buatan ibu-ibu rumah tangga di Surabaya. "Kita akan memberikan akses untuk memasarkan produk batik tulis ini. Saya punya 'show room' di Royal Plaza yang bisa dipakai untuk memperkenalkan batik tulis hasil produksi ibu-ibu Surabaya," ujarnya. Salah satu peserta pelatihan batik tulis, Kuntowati mengatakan, dirinya sejak lama tertarik untuk mengikuti pelatihan batik tulis. Namun, karena terbatasnya waktu dirinya baru bisa mengikuti pelatihan pada bulan ini. Warga Kecamatan Gubeng ini bermimpi bisa memproduksi batik tulis dengan desainnya sendiri. "Saya ingin memproduksi batik tulis dengan desain khas dan berbeda dari yang lain. Kemudian saya pasarkan sendiri," ujar ibu rumah tangga berusia 42 tahun ini. (*)
Pelatihan Batik Tulis Surabaya Sambut AFTA 2015
Kamis, 12 September 2013 18:53 WIB