Surabaya (AntaraJatim) - Seribu personel gabungan TNI-Polri saat ini telah mendukung pengamanan pascakerusuhan massa di Pesantren Darus Sholihin di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada Rabu (11/9) siang. "Di sana sudah ada seribu personel TNI-Polri yang terdiri dari empat SSK Dalmas Polda Jatim, empat SSK Brimob Polda Jatim, dan dua SSK personel TNI," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono kepada Antara di Surabaya, Kamis. Jadi, katanya, Polda Jatim sudah mengerahkan pengamanan penuh di Puger, Jember, bahkan Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Ediwan P juga langsung ke lokasi pada Rabu (11/9) malam. "Karena itu, Pangdam V/Brawijaya juga mengerahkan bantuan untuk kita sebanyak dua SSK personel TNI. Jadi, di sana ada seribu personel Polri yang dibant personel TNI, apalagi di sana juga ada personel dari Polres Jember," tukasnya. Selain itu, Polda Jatim juga mendukung proses penegakan hukum dalam kasus itu. "Saat ini, polisi sudah memeriksa lima saksi terkait terbunuhnya Eko Mardiyanto. Petugas di lapangan juga sudah memeriksa lima saksi perusakan Pesantren Darus Sholihin," ujarnya. Hingga kini, polisi belum menetapkan tersangka dalam penanganan kasus itu, karena polisi membutuhkan minimal dua alat bukti untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka. "Yang jelas, penyidik sudah menyita tiga celurit," tandasnya. Kerusuhan itu dipicu aksi massa yang menyerbu Ponpes Darus Solihin di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, dengan membawa benda tumpul dan senjata tajam, sehingga 10 unit sepeda motor dan beberapa bangunan di kompleks pesantren itu rusak karena dibakar dan dilempari batu. Massa yang merusak ponpes itu menolak pawai karnaval yang digelar Ponpes Darus Sholihin, padahal polisi sudah berusaha menenangkan panitia untuk membatalkan atau menunda rencana mereka karena massa di Puger menolak kegiatan karnaval itu. Akhirnya, saat di lokasi lain ada karnaval yang diikuti sekitar 100 peserta dan panitia Ponpes Darus Solihin itu, maka perusakan ponpes itu terjadi. Polisi dan peserta karnaval sempat bentrok, karena polisi terpaksa melakukan blokade jalan untuk pengamanan, sehingga dua polisi terluka. Ponpes Darus Sholihin sendiri selama ini dituding sebagai penganut paham Syiah. Bahkan beberapa waktu lalu sempat terjadi ketegangan antara Ponpes yang diasuh Habib Ali itu dengan penganut Sunni di Puger, namun ketegangan itu mereda setelah dilakukan mediasi. Dalam kaitan itu, Kapolda Jatim juga langsung bertemu dengan dua kelompok berbeda pandangan, yakni antara kelompok Habib Ali dan Ustad Fauzi. Kapolda meminta kedua kelompok itu tidak mengambil tindakan sendiri¿sendiri dan menyerahkan proses hukum ke polisi. Menanggapi kerusuhan di Puger, Jember itu, Ketua Umum PMII Jawa Timur, Fairouz Huda, mendesak aparat kepolisian untuk sigap dalam menangani kasus itu dan mengusut tuntas pelaku kekerasan sesuai hukum yang berlaku. "Hati kami, warga PMII se-Jatim sungguhlah sedih, melihat kejadian di Puger yang menewaskan satu orang, karena kekerasan dengan alasan apa pun adalah tindakan yang tidak terpuji," katanya, didampingi Direktur Lembaga Kajian Strategis dan Opini Publik PMII Jawa Timur, Abdul Hady JM. Namun, katanya, masyarakat hendaknya bersikap hati-hati dalam melihat kasus itu, karena kasus itu belum tentu terkait dengan paham Syiah, melainkan ada kaitan dengan tambang emas di kawasan itu. "Kalau hanya soal Syiah, tentu sudah terjadi dari dulu. Jadi, kita harus jeli, siapa yang bermain di sana," ucapnya. (*)
Seribu Personel Gabungan TNI-Polri Amankan Puger-Jember
Kamis, 12 September 2013 13:42 WIB