Magetan (Antara Jatim) - "Ternyata manis-manis tidak hanya yang buah strawberry besar, tapi juga yang kecil-kecil," ujar seorang wisatawan domestik (wisdom) asal Bojonegoro, Hari Sudarwati dengan rombongannya yang sedang mencicipi buah strawberry di tepi jalan raya Tawangmangu, Karanganyar, Jateng.
Ia dengan rombongannya tidak hanya mencicipi buah strawberry yang dijajakan seorang pedagang yang menjajakan strawberry, tapi juga membeli untuk dibawa pulang.
"Harga strawberry di pedagang lebih murah hanya sekitar Rp Rp30 ribu/kilogram. Tapi di lokasi wisata petik buah strawberry bisa berkisar Rp50 ribu-Rp60 ribu/kilogram," jelas pedagang strawberry di Tamangmangu, Puguh.
Selain dipenuhi pedagang straberry di dua lokasi obyek wisata di dua provinsi itu, masing-masing juga terdapat wisata petik buah strawberry. Di kebun petik buah strawberry di Tawangmangu, tepatnya di Tlogo Dringo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar dan di Sarangan di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan, Magetan.
Sebagaimana dijelaskan Puguh, puluhan pedagang strawberry di sepanjang jalan raya di Cemorokandang Tamangmangu dan Cemorosewu Sarangan selalu ada.
"Buah strawberry yang saya jual ini dari kebun saya sendiri," jelas Puguh yang juga dibenarkan pedagang lainnya Sudjiati yang juga memiliki kebun strawberry sendiri.
Di sepanjang jalan raya di dua lokasi menuju puncak Gunung Lawu itu dengan radius sekitar 5
kilometer wisdom yang berkunjung bisa beristirahat membeli makanan yang dijajakan para pedagang kaki lima, warung, bahkan restoran.
Mengenai cara membeli buah strawberry, seorang wisdom asal Magetan memberikan cara yang jitu. Ia terbiasa membeli buah strawberry di pedagang tepi jalan.
Tapi tidak semua buah strawberry yang ditempatkan di sebuah tempat plastik dibeli. Ia hanya memilih yang besar-besar, meskipun harganya lebih mahal sedikit jika dibandingkan membeli dengan cara borongan.
"Kalau biasanya harganya Rp6.000/paket saya naikkan menjadi Rp8.000/paket," jelasnya.
Yuli juga menyarankan dalam membeli makanan baik di pedagang kaki lima, warung, bahkan restoran juga harus pandai-pandai memilih.
Sama juga di sekitar telaga Sarangan, di sejumlah restoran di Tamangwangu juga dilengkapi dengan penjual jasa kuda, sehingga bagi pengunjung bisa menyewa berkeliling untuk menikmati keindahan alam di sekitar Tamangmangu.
"Saya lebih senang di restoran di Tamangmangu, selain tempatnya lebih dingin yang bisa membuat makan menjadi nikmat juga harganya murah," kata Yuli, menegaskan.
Di Cemorosewu dan Cemorokandang yang menjadi lokasi awal bagi para pendaki yang akan berjalan kaki mendaki menuju puncak Gunung Lawu selalu dipenuhi pengunjung.
"Meskipun lokasi awal berangkat mendaki berbeda, tapi semuanya bertemu di satu lokasi di puncak Gunung Lawu," jelas seorang warga Desa Selosari, Kecamatan Kota, Magetan Triyono Basuki.
Saudara kembar
Obyek wisata Sarangan yang hanya sekitar 17 kilometer dari Kota Magetan, dan Tamangmangu yang tetangganya Sarangan semakin "menor", apalagi di sepanjang jalan Tawangmangu-Sarangan yang merupakan jalan baru itu dipenuhi dengan pedagang buah strawberry.
Kedua lokasi obyek wisata itu boleh dibilang ibarat saudara kembar satu bapak, tetapi lain ibu. Wisata Sarangan berada di pangkuan Jatim, di lain pihak Tawangmangu berada di Jateng, namun masih dalam satu kesatuan yaitu di kawasan Gunung Lawu.
Meski demikian, dua obyek wisata yang berada di provinsi yang berbeda tersebut semakin menyatu dengan semakin terbukanya akses jalan, baik dari arah Jateng dan Jatim dengan adanya pelebaran jalan di kawasan setempat yang menjadi program Pemerintah Pusat.
Pekerjaan pembangunan jalan baru itu, kata Basuki, belum rampung seluruhnya karena pembangunan jembatannya masih dalam tahap penyelesaian.
"Dulu dari Sarangan ke Tawangmangu lewat jalan lama karena banyak tanjakkan harus meminta bantuan warga untuk mendorong kendaraan," jelas Basuki yang mengaku biasa melewati jalan tembus dari Magetan menuju Tawangmangu hingga Solo.
Namun, menurut dia, pembangunan jalan baru dari arah Tawangmangu menuju Sarangan, begitu sebaliknya dari Sarangan menuju Tawangmangu memudahkan pengunjung yang datang dengan kendaraan roda empat tanpa takut karena jalannya cukup landai.
Bahkan, katanya, para pelajar asal Magetan yang meneruskan pendidikan di Solo, Jateng, banyak yang memanfaatkan karena jaraknya lebih pendek dibandingkan kalau harus lewat Ngawi.
"Ini pembuatan jalan baru bukan pelebaran jalan, sebab jalan lama juga masih ada dan masih bisa dilaa lui kendaraan bermotor, tapi tanjakannya tajam," katanya, menegaskan. (*)
Si Kembar Sarangan-Tawangmangu Semakin Menor
Jumat, 20 September 2013 11:43 WIB
