Bojonegoro (Antara Jatim) - Menu ayam panggang buatan Swantiningsih (58), warga Desa Dander, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jatim, boleh dijadikan salah satu pilihan yang tepat untuk makan bersama keluarga, apalagi pada Hari Raya Idul Fitri 1434 H. Meskipun menu ayam panggang banyak dijual di berbagai kota, seperti di Gandu, Magetan, bahkan bisa membuat sendiri. Namun, akan berbeda kalau menyantap menu ayam panggang buatan Swatiningsih yang resepnya diperoleh secara turun temurun. Tapi tunggu dulu jangan tergesa-gesa bergembira bisa dengan mudah memperoleh menu ayam panggang Swatingingsih warga keturunan yang memproduksi menu ayam panggang itu. "Paling tidak saya membutuhkan waktu dua jam untuk memanggang ayam. Ya kalau memesan ya waktunya minimal sekitar dua jam baru selesai," katanya, dalam perbicangan dengan Antara, di kediamannya, Jumat. Ia menjelaskan saat ini sudah menerima pesanan sedikitnya 50 ayam pangang dari berbagai lapisan masyarakat yang pengambilannya dilakukan mendekati Hari Raya Idul Fitri 1434 H. "Pemesan 50 Ayam Panggang ini semuanya dari warga Bojonegoro, tapi mengambilnya semuanya mendekati lebaran," jelasnya. Memenuhi permintaan pemesan, katanya, sejumlah pedagang ayam dikerahkan untuk mencari ayam ke desa-desa, sebab ia tidak pernah memelihara ayam kampung di rumahnya. "Pemesan ayam panggang pada hari-hari biasa minimal empat ekor/hari, tapi ada juga yang memesan dengan jumlah banyak untuk bazar, bahkan ada juga pembeli dari luar, seperti dari Sidoarjo dan Mojokerto," jelasnya. Menurut dia, tidak ada yang istimewa dengan menu Ayam Panggang buatannya, dibandingkan dengan menu ayam panggang yang dijual di berbagai tempat. "Ayam panggang yang saya buat sama saja dengan ayam panggang lainnya. Soal bumbunya juga tidak ada yang istimewa termasuk dalam memilih ayam," jelasnya. Hanya saja, sebagaimana dituturkan Swatingsih, proses pembuatan ayam pangangnya benar-benar dipanggang tidak direbus dulu baru kemudian dipanggang. "Kalau ayam tidak habis bisa dihangatkan dengan cara dikukus. Kalau dimakan kembali semakin enak," tuturnya. Oleh karena itu, katanya, kemungkinan proses memanggang yang dilakukan secara langsung dengan arang selama dua jam itulah yang membedakan dengan menu ayam panggang lainnya. Apalagi, di tengah-tengah proses memanggang ketika ayam masih setenga h matang, maka bumbu dimasukkan ke dalam daging ayam dengan cara ditusuk-tusuk. "Saya belajar cara memanggang sejak kecil dari orang tua," ucapnya. Swatiningsih menjual ayam panggang Rp75 ribu/ekor. Ia juga menjual nasi tumpeng yang harganya Rp250 ribu/tumpeng dan nasi kota Rp10.000/kotak, yang semuanya dilengkapi dengan lauk ayam panggang, tapi prosesnya juga berdasarkan pesanan. DI menu ayam panggang itu juga dilengkapi dengan sambal kecap, sehingga untuk menambah rasa pedas bisa ditambah dengan sambal kecap. "Sekali makan ayam panggang di sini semua keluarga saya ketagihan. Kali ini saya memesan lima ekor ayam panggang yang akan saya ambil sehari sebelum lebaran," kata seorang warga Kelurahan Sumbang, Kecamatan Kota, Bojonegoro Tony Ade Irawan yang datang memesan Ayam Panggang didampingi istrinya. (*)
Ayam Bakar Legendaris Swantiningsih yang Bikin "Ketagihan"
Jumat, 9 Agustus 2013 5:24 WIB