Pacitan (Antara Jatim) - Sejumlah petani di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mulai merisaukan mutu gabah hasil panennya pada musim tanam kali ini akibat cuaca ekstrem yang ditandai hujan deras selama beberapa pekan terakhir. Salah seorang petani di Kecamatan Pacitan, Sarotun, Sabtu, mengaku panik karena guyuran hujan selama beberapa hari terakhir telah menyebabkan area persawahannya terendam banjir. Takut tanaman padinya membusuk, Sarotun dan keluarganya terpaksa melakukan panen dini demi menghindari kerugian lebih besar. "Tapi setelah dipanen, kami bingung mau menjemurnya karena setiap hari turun hujan," tuturnya, pasrah. Untuk menyiasati kendala cuaca, Sarotun terpaksa menjemur gabah di dalam rumah dan meratakannya di lantai setipis mungkin. "Saya menggunakan kipas angin untuk mengurangi kelembaban. Tidak ada pilihan lain, karena jika tidak segera dikeringkan, maka gabah bisa membusuk atau mutunya jadi jelek karena terlalu banyak kandungan air," ujarnya. Hal serupa juga dialami petani lainnya, Isnaim. Karena keterbatasan tempat untuk menjemur gabah hasil panen beberapa hari lalu, kini bahan makanan tersebut bahkan ada yang sudah bertunas. Isnaim mengaku tak bisa berbuat banyak selain mencoba sesekali membuka karung dan mengeluarkan isinya agar tak terlalu lembab, sembari berharap panas matahari muncul. "Ya bagaimana lagi. Cuacanya tidak mendukung," kata Isnaim. Menanggapi hal itu, Kepala Seksi Pengelolaan Air Dan Tanah Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Pacitan Agus Rustamto mengakui kemarau basah secara langsung bakal mempengaruhi mutu gabah akibat proses pengeringan tidak maksimal. "Itu pasti terjadi jika musim panen bersamaan dengan turunnya hujan. Selain berisiko terendam air saat masih di pematang (sawah), pengeringan secara alami sulit optimal," katanya. Hasil evaluasi Distanak Pacitan, sedikitnya ada 66 hektare lahan tanaman padi terendam banjir. Lahan tersebut di antaranya berada di wilayah Kecamatan Ngadirojo dan Pacitan. Banjir yang menggenangi areal persawahan itu berasal dari genangan air hujan. Agus menuturkan saat sekarang yang paling berisiko menerima dampak kemarau basah adalah lahan dengan sistem irigasi yang luasnya mencapai 13.000 hektare. "Saat seperti ini kebersihan saluran irigasi harus diperhatikan dan dirawat. Karena jika banyak yang tersumbat, tanaman akan terus terendam," tandasnya. (*)
Petani Pacitan Risaukan Penurunan Mutu Gabah
Sabtu, 13 Juli 2013 20:47 WIB