Surabaya (Antara Jatim) - Kongres Remaja Brantas 2013 mendesak pemerintah daerah ikut peduli terhadap lingkungan di sekitar Sungai Brantas yang selama ini sering terjadi pencemaran. Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi, Selasa, mengatakan kondisi Sungai Kali Brantas memprihatinkan karena selama ini digunakan sebagai tempat sampah, tempat pembuangan limbah dan WC umum. "Bahkan hutan di hulu semakin menipis sehingga terjadi penurunan jumlah mata air akibat berkurangnya kawasan resapan air," katanya. Kongres Remaja Brantas yang digelar di Wringinanom, Gresik, pada 18 Juni 2013, ini diikuti oleh 1. MA Faser Panglungan Wonosalan, 2. MtsN 1 Wonosalam, 3. SMPN 1 Wonosalam, 4. SMKN 1 Wonosalam 5. SMPN 1 Gedeg Mojokerto, 6. SMAN 1 Mantub Lamongan, 7. SMAN 1 Wringinanom, 8. SMPN 1 Wringinanom, 9. SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, 10. SMA Raden Paku Wringinanom, 11. SMKN 1 Driyorejo, 12. SMPN 24 Surabaya, 13. SMPN 16 Surabaya, 14. SMP Santo Stanislaus Surabaya, 15. Padepokan Wonosalam Lestari 16. Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, 17. Green Harmony Institute, 18. Komunitas Nol Sampah, 19. Inspirasi Brantas Wringinanom, 20. SMAN 1 Driyorejo, dan 21. Lingkar Hijau Nganjuk. Menurut dia, 10 tahun terakhir terjadi alih fungsi hutan, 50 persen luas hutan hulu Brantas berubah menjadi kawasan budi daya dan pemukiman. Pencemaran industri dan perilaku masyarakat yang tidak peduli terhadap kelestarian sungai menyebabkan ancaman genetis biota ikan di Sungai Brantas. "Remaja Brantas memimpikan Sungai Brantas yang jernih, tanpa kotoran, hutan di hulu terlindungi dan Sungai Brantas dapat memberikan manfaat pada manusia dan lingkungan hidup," katanya. Untuk itu, Kongres Remaja Brantas meminta pemerintah menyediakan sarana pengelolaan sampah agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai, meningkatkan sosialisasi undang-undang pengelolaan sampah, menyosialisasikan bahaya pencemaran air sungai, mendorong masyarakat menggunakan produk hasil daur ulang dan menertibkan pemanfaatan bantaran sungai, seperti kandang sapi di tepi sungai. Selain itu, lanjut dia, menerapkan pendidikan lingkungan sejak usia dini, mengelola limbah yang dibuang langsung ke sungai, Perhutani tidak menanam pohon pinus di hulu, membatasi jumlah pembangunan villa dan menjaga kelestarian hutan di kawasan hulu. "Kami minta pemerintah daerah membangunan fasilitas pengolahan limbah peternakan dan pertanian tebu, menindak tegas bangunan yang ada di bantaran sungai, penambangan pasir liar dan menindak tegas industri yang tidak memiliki izin pembuangan limbah," katanya. Kongres Remaja Brantas juga mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan limbah peternakan, tidak membuang popok dan sampah ke sungai, serta melawan penambangan pasir liar. "Kami meminta masyarakat dan nelayan untuk menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan," katanya. (*)
Kongres Remaja Desak Pemerintah Peduli Sungai Brantas
Selasa, 18 Juni 2013 11:44 WIB