Pacitan Usul Pendirian Stasiun BBM Solar untuk Nelayan
Senin, 29 April 2013 17:55 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur mengusulkan pendirian stasiun pengisian bahan bakar khusus solar untuk memenuhi kebutuhan nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan.
"Sudah kami usulkan, tapi prosesnya bakal panjang karena masih harus menunggu persetujuan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP)," ungkap Kepala Bidang Bina Usaha dan Penyuluhan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pacitan, Bedi Asmoro, Senin.
Dijelaskan Bedi, panjangnya proses perubahan terjadi karena saat ini di kompleks Pelabuhan Tamperan telah tersedia stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN) yang menyediakan dua jenis BBM sekaligus, yakni solar dan premium.
Dijelaskan, panjangnya proses perubahan status dikarenakan sejak awal pendirian diperuntukkan bagi SPBN, sehingga ketika ada usulan merubah hanya menjual solar saja, maka harus meminta rekomendasi kembali dari KKP.
Sebelumnya, Ketua Koperasi Nelayan Mina Pacitan, Hariyadi mendesak pemerintah daerah setempat melalui dinas kelautan dan perikanan (DKP) agar mengalihkan fungsi satu tangki BBM di SPBN Pelabuhan Tamperan yang selama ini digunakan menampung premium, untuk penampungan solar.
Pertimbangannya karena tingkat konsumsi bahan bakar kapal dengan mesin diesel naik, dari 144 kiloliter menjadi 450 kiloliter per hari.
Permintaan masyarakat nelayan agar pemerintah menyediakan stasiun pengisian bakar khusus jenis solar tidak serta-merta bisa dipenuhi.
"Skenario yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan mengganti SPBN menjadi SPDN, tapi tentu saja hal itu tidak bisa seketika," jelasnya.
Selain berkurangnya jatah solar, kelangkaan juga terjadi karena naiknya jumlah kapal yang bersandar di PPP Tamperan.
Sesuai data DKP kenaikannya mencapai sekitar 10 persen dari tahun lalu. Jika pada tahun 2012 ada sekitar 190 kapal, kini telah bertambah menjadi sekitar 202 kapal.
Meski pertambahannya tidak terlalu signifikan, tetapi dari segi tingkat konsumsi bahan bakar berpengaruh.
Sebagai contoh untuk kapal jenis slerek berbobot 30 gross ton, sekali melaut mereka memerlukan antara 1.500-2.000 liter solar. Sementara untuk kepal jenis sekoci sekitar 500 liter.
Bedi menjelaskan, bertambahnya kapal tentu tidak dapat segera diikuti dengan penyesuaian stok bahan bakar. Pasalnya, usulan kuota harus dikirim tiga bulan sebelum realisasi oleh pihak PT Pertamina.
"Bertambahnya kapal juga berpengaruh (terhadap stok solar)," jelasnya.(*)