Gerakan Nasional (Gernas) Ayo Mondok akan menggelar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober yang dipusatkan di Kabupaten Ponorogo karena dianggap Kota Reog tersebut punya peradaban tua terkait pesantren.

"Kita tahu Ponpes Gebang Tinatar, Si Mbah Kiai Muhammad Besari, kemudian diteruskan termasuk yang masyhur waktu itu Kiai Hasan Besari. Tentu ini, pesantren di Ponorogo, yang di buku Milal Bizawie disebutkan jejaring pesantren ketiga di Nusantara," kata Ketua Umum KH Luqman Harist Dimyathi alias Gus Luqman (Ponpes Tremas Pacitan), melalui keterangan yang diterima di Surabaya, Jumat.

Karena itu, Gernas Ayo Mondok memilih memperingati HSN 2025 di Ponorogo sembari mengadakan acara halaqoh di Ponpes Darul Huda Mayak.

"Dan satu lagi, ada ikonik Reog Ponorogo yang sudah diakui UNESCO. Mimpi kami pesantren juga bisa diakui UNESCO," ucapnya.

Sekjen KH Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans menambahkan, untuk mewujudkan pesantren diakui UNESCO pihaknya akan perkuat dasarnya untuk meyakinkan pada publik, bahwa hubungan antara pesantren dan budaya sangat kuat di Ponorogo.

Culture pesantren ini ada bahkan 300 tahun sebelum ini dan sudah kuat, karena itu pihaknya ingin  menunjukkan pada publik bahwa pesantren bukanlah lembaga yang baru, tetapi sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

Mengenai rangkaian peringatan HSN 2025 di Ponorogo, Gus Hans menjelaskan di antaranya launching GAM Media Network, yakni jaringan media pesantren di Indonesia yang akan menjadi satu dalam membuat kekuatan mengenai pesantren.

Lalu penayangan peserta lomba Pesantrenku Keren dalam membuat konten di Instagram, ditayangkan perdana di Ponorogo.

Sejumlah pengurus bahkan sudah bertamu ke Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko dan Wabup Lisdyarita.

Mereka di antaranya Ketua Umum KH Luqman Harist Dimyathi alias Gus Luqman (Ponpes Tremas Pacitan), Sekjen KH Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans, dan Ketua Ning Eva Munifah Djazilah (Ponpes Al Falah Ploso Kediri).

Sementara itu Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mendukung penuh rencana Gernas Ayo Mondok.

 Kang Giri -- sapaan akrabnya -- sepakat bahwa keberadaan pesantren memiliki keistimewaan. Tidak hanya mengajarkan ilmu agama, juga membentuk karakter melalui keteladanan para kiai.

“Gerakan Ayo Mondok ini sangat bagus. Pesantren tidak hanya mengajarkan ngaji, tetapi juga mentransfer karakter melalui keteladanan para kiai. Hal ini jarang ditemukan di dunia mana pun,” ucapnya.

Pewarta: Faizal Falakki

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025