Menteri Perdagangan Zukifli Hasan memfasilitasi keluhan petani tembakau dari Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah dengan pabrik rokok PT Gudang Garam, Tbk Kediri, Jawa Timur, dengan mempertemukan langsung kedua belah pihak.
"Kami fasilitasi teman-teman petani tembakau dari Temanggung dan Wonosobo untuk berjumpa dengan manajemen Gudang Garam. Tapi perusahaan juga punya keluhan," katanya di Kediri, Rabu.
Dalam dialog tersebut membahas soal harga tembakau yang dikeluhkan petani serta soal pupuk. Kemudian soal harga tembakau yang juga dikeluhkan oleh perusahaan bahwa omzet turun imbas banyaknya rokok elektrik.
"PT Gudang Garam dan pabrik rokok lain omzetnya turun, artinya kan pemasukan juga turun, berkurang. Rupanya banyak pengganti rokok. Kami tidak kira sebelumnya seperti rokok elektrik Vape, IQOS. Saya juga heran, di rumah saya tidak ada yang merokok, tapi punya, keluar asap juga," kata dia.
Menteri Perdagangan menyatakan segera mengadakan rapat terbatas terkait dengan rokok elektrik ini. Dalam rapat akan dikaji soal pajak rokok elektrik dan sebagainya.
Jika pabrik rokok dikenakan pajak banyak, tenaga kerja juga banyak, tapi yang rokok elektrik tidak bayar pajak.
"Nanti Vape itu bagaimana caranya, berapa bayar pajak dan seterusnya akan saya pelajari. Kita usulkan dalam rapat terbatas agar ini dikenakan pajak lebih tinggi dari pada Gudang Garam, Djarum dan lain-lain yang memakai tenaga kerja ribuan," kata dia.
Sedangkan soal pupuk, petani mengeluhkan karena pupuk untuk tembakau tidak termasuk pertanian, sehingga harus beli pupuk nonsubsidi.
"Keluhan petani karena pupuk tidak termasuk pertanian (nonsubsidi). Ini juga kami cari jalan keluarnya," kata dia.
Untuk keluhan lainnya, ia menyebut, petani juga hampir sebagian besar memakai uang rentenir dengan bunga 10 persen sebulan.
"Nanti dengan KUR (kredit usaha rakyat) dan sebagainya. Jadi, banyak yang kami urus dan tentunya harus kerja sama dengan bupati, gubernur, dan tentu juga Pemerintah Pusat," kata dia.
Ramadhan, salah seorang petani tembakau asal Wonosobo, mengaku saat ini petani semakin terpuruk dengan harga tembakau yang murah, tidak sebanding dengan harga produksi. Harga tembakau pada 2022 adalah Rp50 ribu per kilogram, sedangkan biaya produksi hingga Rp60 ribu per kilogram.
"Harga terpaut jauh dengan biaya produksi. Dari pupuk, tenaga, petani di-kurs-kan harga tembakau jauh," kata dia.
Menurut dia, harga tembakau murah selama 10 tahun terakhir antara Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram. Padahal, tahun 2011 harga tembakau bagus antara Rp130-140 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kami fasilitasi teman-teman petani tembakau dari Temanggung dan Wonosobo untuk berjumpa dengan manajemen Gudang Garam. Tapi perusahaan juga punya keluhan," katanya di Kediri, Rabu.
Dalam dialog tersebut membahas soal harga tembakau yang dikeluhkan petani serta soal pupuk. Kemudian soal harga tembakau yang juga dikeluhkan oleh perusahaan bahwa omzet turun imbas banyaknya rokok elektrik.
"PT Gudang Garam dan pabrik rokok lain omzetnya turun, artinya kan pemasukan juga turun, berkurang. Rupanya banyak pengganti rokok. Kami tidak kira sebelumnya seperti rokok elektrik Vape, IQOS. Saya juga heran, di rumah saya tidak ada yang merokok, tapi punya, keluar asap juga," kata dia.
Menteri Perdagangan menyatakan segera mengadakan rapat terbatas terkait dengan rokok elektrik ini. Dalam rapat akan dikaji soal pajak rokok elektrik dan sebagainya.
Jika pabrik rokok dikenakan pajak banyak, tenaga kerja juga banyak, tapi yang rokok elektrik tidak bayar pajak.
"Nanti Vape itu bagaimana caranya, berapa bayar pajak dan seterusnya akan saya pelajari. Kita usulkan dalam rapat terbatas agar ini dikenakan pajak lebih tinggi dari pada Gudang Garam, Djarum dan lain-lain yang memakai tenaga kerja ribuan," kata dia.
Sedangkan soal pupuk, petani mengeluhkan karena pupuk untuk tembakau tidak termasuk pertanian, sehingga harus beli pupuk nonsubsidi.
"Keluhan petani karena pupuk tidak termasuk pertanian (nonsubsidi). Ini juga kami cari jalan keluarnya," kata dia.
Untuk keluhan lainnya, ia menyebut, petani juga hampir sebagian besar memakai uang rentenir dengan bunga 10 persen sebulan.
"Nanti dengan KUR (kredit usaha rakyat) dan sebagainya. Jadi, banyak yang kami urus dan tentunya harus kerja sama dengan bupati, gubernur, dan tentu juga Pemerintah Pusat," kata dia.
Ramadhan, salah seorang petani tembakau asal Wonosobo, mengaku saat ini petani semakin terpuruk dengan harga tembakau yang murah, tidak sebanding dengan harga produksi. Harga tembakau pada 2022 adalah Rp50 ribu per kilogram, sedangkan biaya produksi hingga Rp60 ribu per kilogram.
"Harga terpaut jauh dengan biaya produksi. Dari pupuk, tenaga, petani di-kurs-kan harga tembakau jauh," kata dia.
Menurut dia, harga tembakau murah selama 10 tahun terakhir antara Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram. Padahal, tahun 2011 harga tembakau bagus antara Rp130-140 ribu per kilogram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023