Tim Nasional Percepatan Penanganan Kemiskinan (TNP2K) berharap angka kemiskinan di Jawa Timur pada 2022 semakin menurun, minimal satu digit dari 10,59 persen menjadi sekitar 9 persen.

"Tahun ini kami berharap angka kemiskinan di Jatim bisa turun lagi satu digit setelah survei BPS bulan ini," ujar Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi dalam pernyataan usai mengikuti diskusi di Surabaya, Kamis.

Dalam kesempatan itu, Suprayoga mengapresiasi upaya percepatan penanganan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Jatim dalam tiga tahun terakhir.

Menurut ia, apa yang sudah dilakukan oleh Provinsi Jatim dengan tagline "Optimis Jatim Bangkit" sudah bagus dan harapannya bisa diadopsi oleh daerah lain.

"Di Jatim kami apresiasi karena banyak inisiatif lokal didukung sumber daya manusia dalam percepatan penanganan kemiskinan. Bisa menjadi contoh daerah lain," ucapnya.

Seperti diketahui, dalam indikator penurunan angka kemiskinan, Jawa Timur mencatat rekor penurunan angka kemiskinan di tengah pandemi COVID-19.

Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur Dadang Hardiawan menyebut tagline yang diangkat Gubernur Khofifah Indar Parawansa sangat relevan dengan capaian statistik angka penurunan kemiskinan dalam waktu beberapa tahun terakhir.

Prestasi penurunan angka kemiskinan terjadi di perkotaan dan perdesaan pada periode Maret hingga September 2021.

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam periode tersebut memperlihatkan adanya penurunan angka kemiskinan sebesar 313,13 ribu jiwa atau merupakan yang tertinggi secara nasional.

Kemudian, penurunan tersebut juga diikuti Jawa Barat sebesar 190,48 ribu jiwa, Jawa Tengah 175,74 ribu jiwa, Lampung 76,91 ribu jiwa, dan Sumatera Utara 70,79 ribu jiwa.

Data tersebut berhasil mengoreksi angka kemiskinan Jatim dari 4,57 juta jiwa (11,40 persen) menjadi 4,25 juta jiwa (10,59 persen) atau turun 0,81 persen.

Capaian prestasi juga terjadi pada penurunan kemiskinan perdesaan pada periode September 2020 hingga September 2021 sebesar 1,37 persen atau menjadi penurunan tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Di pedesaan, penurunan angka kemiskinan terjadi dari 15,16 persen pada September 2020 menjadi 13,79 persen pada September 2021 atau terkoreksi minus 1,37 poin.

Sedangkan, pada periode yang sama di perkotaan, angka kemiskinan turun dari 8,37 persen menjadi 7,99 persen atau terkoreksi minus 0,38 persen.

Dengan menurunnya angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan, disparitas angka kemiskinan pun semakin kecil antara kedua wilayah, yakni turun dari 8,24 persen pada September 2018 menjadi 5,8 persen pada September 2021.

"Tidak hanya dalam penurunan kemiskinan, statistik dalam pertumbuhan ekonomi dan pengendalian laju inflasi juga menunjukkan Jatim benar-benar bangkit dari pandemi COVID-19," jelasnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak menyatakan diskusi digelar dalam rangka menyusun strategi tidak hanya untuk menangani kemiskinan, tetapi juga kemiskinan ekstrem.

"Karena itu akan dirumuskan bagaimana penanganan kemiskinan tidak hanya dengan bantuan sosial, namun juga dengan pendekatan pemberdayaan agar status kemiskinan ekstrem bisa dengan cepat berubah menjadi tidak miskin," tuturnya.

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022