Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas mendatangi rumah Irmawati, salah seorang pelajar dari keluarga kurang mampu dan nyaris putus sekolah melanjutkan ke jenjang SMP karena tak ada biaya.
Ipuk bersama petugas Dinas Pendidikan Banyuwangi menjemput Irmawati yang tinggal bersama neneknya di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar, untuk memastikan anak yatim itu bisa masuk sekolah di SMPN 3 Muncar.
"Dengan cara jemput bola pelajar dari keluarga kurang mampu, kita bisa cegah anak putus sekolah," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu. Pandemi COVID-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat.
Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.
Apalagi, lanjut Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
"PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan, maka dari itu harus jemput bola, harus kita dampingi," tuturnya.
Dengan demikian, Bupati Ipuk menginstruksikan jajaran Dinas Pendidikan Banyuwangi lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
"Semua harus bergerak. Camat juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu, termasuk seluruh warga, saling menginfokan. Misal, ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat agar ditindaklanjuti," ujarnya.
Selain membantu untuk sekolah, Bupati Ipuk juga menginstruksikan kepada kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Banyuwangi untuk memasukkan warung milik Supiyati (nenek Irmawati) dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak). Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.
Supiyati, nenek Irmawati, tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar, menjelang penerimaan peserta didik baru.
"Alhamdulillah, terima kasih, cucu saya saya akhirnya bisa sekolah," kata nenek 55 tahun itu, di hadapan Bupati Ipuk.
Supiyati mengakui setelah Irmawati lulus dari SDN 1 Kemendung, dia kebingungan apakah cucu kesayangannya itu akan melanjutkan sekolah atau tidak.
"Setelah lulus SD, saya sudah bilang ke Irma, mungkin terpaksa tidak sekolah dulu. Saya sudah tua dan kesehatan menurun," tuturnya.
Irmawati adalah seorang anak yatim dan sejak lahir tinggal bersama neneknya. Di rumah berukuran sekitar 5x5 meter itu keduanya tinggal bersama. Supiyati hanya membuka warung kecil yang menjual makanan ringan di samping rumahnya.
"Sejak kecil anak ini sudah saya rawat. Ibunya masih ada, tapi juga tidak bekerja. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," kata Supiyati.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ipuk bersama petugas Dinas Pendidikan Banyuwangi menjemput Irmawati yang tinggal bersama neneknya di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar, untuk memastikan anak yatim itu bisa masuk sekolah di SMPN 3 Muncar.
"Dengan cara jemput bola pelajar dari keluarga kurang mampu, kita bisa cegah anak putus sekolah," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Menurut dia, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu. Pandemi COVID-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat.
Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.
Apalagi, lanjut Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
"PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan, maka dari itu harus jemput bola, harus kita dampingi," tuturnya.
Dengan demikian, Bupati Ipuk menginstruksikan jajaran Dinas Pendidikan Banyuwangi lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
"Semua harus bergerak. Camat juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu, termasuk seluruh warga, saling menginfokan. Misal, ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat agar ditindaklanjuti," ujarnya.
Selain membantu untuk sekolah, Bupati Ipuk juga menginstruksikan kepada kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Banyuwangi untuk memasukkan warung milik Supiyati (nenek Irmawati) dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak). Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.
Supiyati, nenek Irmawati, tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar, menjelang penerimaan peserta didik baru.
"Alhamdulillah, terima kasih, cucu saya saya akhirnya bisa sekolah," kata nenek 55 tahun itu, di hadapan Bupati Ipuk.
Supiyati mengakui setelah Irmawati lulus dari SDN 1 Kemendung, dia kebingungan apakah cucu kesayangannya itu akan melanjutkan sekolah atau tidak.
"Setelah lulus SD, saya sudah bilang ke Irma, mungkin terpaksa tidak sekolah dulu. Saya sudah tua dan kesehatan menurun," tuturnya.
Irmawati adalah seorang anak yatim dan sejak lahir tinggal bersama neneknya. Di rumah berukuran sekitar 5x5 meter itu keduanya tinggal bersama. Supiyati hanya membuka warung kecil yang menjual makanan ringan di samping rumahnya.
"Sejak kecil anak ini sudah saya rawat. Ibunya masih ada, tapi juga tidak bekerja. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," kata Supiyati.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021