Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur Prof Nursalam mendesak pemerintah segera memberikan insentif bagi perawat yang menangani COVID-19.

"Belum. Sampai sekarang perawat di Jatim belum menerima insentif itu. Tidak tahu kenapa," kata Prof Nursalam dikonfirmasi di Surabaya, Jumat.

Prof Nursalam mengungkapkan ada sebanyak 12 perawat di Jatim yang meninggal karena terpapar COVID-19. Dari jumlah itu, baru tiga perawat yang menerima santunan dari pemerintah.

"Dari 12 perawat yang meninggal karena COVID-19, baru tiga yang cair. Yang lainnya belum. Perawat yang meninggal mendapatkan santunan sebesar Rp300 juta," tuturnya.

Sementara untuk insentif, sesuai dengan SK Menteri pemerintah menjanjikan perawat yang menangani COVID-19 secara langsung mendapatkan maksimal Rp7,5 juta. Sedangkan untuk dokter maksimal mendapatkan insentif sebesar Rp10 juta.

"Tapi perawat-perawat yang menangani COVID-19 baik di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) dr Soetomo atau RS Haji belum menerima insentif tersebut," ujarnya.

Nursalam mengaku kebingungan mengapa sampai sekarang insentif bagi perawat belum juga cair. 

"Tadi katanya dari provinsi sudah dikirim ke Jakarta, tapi masih verifikasi. Saya mendengar ada program baru dari provinsi kalau dinas sudah langsung dieksekusi. Tapi sampai sekarang teman-teman belum terima. Saya akan tanya ke teman di DPR Komisi XI," katanya.

Dia kembali mendesak pemerintah untuk lebih serius memperhatikan nasib tenaga medis yang menangani COVID-19. Sebab, di Jatim sudah ada sebanyak 259 perawat yang terpapar COVID19, 12 di antaranya meninggal dunia.

"Surabaya paling banyak yang meninggal dengan tujuh perawat. Sementara daerah lain seperti Tuban, Sidoarjo, Malang, Sampang dan Bojonegoro ada satu perawat yang meninggal dunia," katanya. (*)
 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020