Sejumlah "perusuh" dan demonstran terpaksa diamankan aparat kepolisian dalam sebuah simulasi pengamanan kota (Sispamkota) yang digelar keamanan gabungan di halaman Pemkab Tulungagung, Jawa Timur, Kamis.
Aksi yang dilatarbelakangi pelaku pencoblosan ulang dan penangkapan perusuh dalam gelaran coblosan, Pemilu 2019 di TPS XII, Pasar Pahing, Kota Tulungagung, berujung bentrok antara demonstran dan aparat keamanan.
Satu regu unit dalmas (pengendalian massa) dikerahkan untuk menghalau para pengunjuk rasa yang mulai bertindak anarkis.
Namun, upaya penghadangan justru membuat massa kian beringas dan membakar ban bekas.
Tak mau kekacauan mengganggu jalannya pemilu yang memasuki tahapan penghitungan suara, polisi akhirnya menerjunkan unit kendaraan taktis "water canon" untuk membubarkan massa.
Upaya itu membuahkan hasil. Massa yang sempat bergerombol memaksa petugas membebaskan rekannya yang ditahan karena tertangkap politik curang, akhirnya membubarkan diri. Keamanan wilayah kota kembali dalam kendali penuh petugas keamanan setelah provokator berhasil ditangkap dan massa tercerai-berai melarikan diri.
Kapolres Tulungagung AKBP Tofik Sukendar menyatakan, skema pengendalian kerusuhan itu menjadi gambaran kecil kesiapan petugas keamanan gabungan dalam melakukan pengamanan dalam kota.
"Simulasi ini menjadi gambaran kepada masyarakat Tulungagung bagaimana skenario penanganan yang akan dilakukan aparat kepolisian dengan didukung seluruh pemangku kepentingan, seperti TNI, linmas, pemerintah daerah maupun unsur lain termasuk masyarakat," tutur Kapolres Tofik Sukendar.
Tak kurang dari 8.000 personel gabungan Polri-TNI dan linmas dikerahkan dalam pengamanan pelaksanaan Pemilu di Tulungagung yang memiliki 19 kecamatan dan 271 desa/kelurahan.
Mereka akan disebar di 3.766 tempat pemungutan suara yang tersebar di 271 desa/kelurahan se-Tulungagung.
Ia memastikan nantinya setiap anggota polisi yang ditugaskan akan mengawasi enam titik pemungutan suara dengan didukung 13 anggota linmas yang ada di tingkat desa dan kelurahan.
Setiap informasi akan adanya potensi masalah dan kerusuhan di tingkat TPS , mulai tahap kampanye, coblosan, hingga penghitungan suara akan segera direspon oleh tim keamanan gabungan dalam satu operasi penanganan bersama di lapangan.
"Kendati wilayah Tulungagung secara umum aman terkendali, tadi saya dan Pak Dandim juga berdiskusi agar situasi pengamanan untuk skenario terburuk seperti yang disimulasikan tadi tidak sampai terjadi," katanya.
Tak hanya situasi pengamanan pengunjuk rasa dengan kendaraan taktis water canon serta tiga regu keamanan yang dikerahkan berlapis, simulasi yang sebagian besar dilakoni oleh aparat kepolisian berpakaian sipil itu juga memberi gambaran suasana tahapan kampanye, pencoblosan atau pemungutan suara hingga penghitungan yang berujung ketidakpuasan salah satu kubu pemenangan capres yang mereka dukung.
Drama kejar kejaran mobil dan bentrok petugas berpakaian preman dengan kelompok perusuh dan pengunjuk rasa juga menghiasi simulasi tersebut. Eskalasi kekacauan mencapai puncaknya saat sekelompok pemuda yang diduga pendukung parpol/caleg dan capres melakukan sabotase dengan merampas kotak suara yang telah selesai dihitung dan akan dikirim ke petugas pemilihan tingkat kecamatan atau PPK.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Aksi yang dilatarbelakangi pelaku pencoblosan ulang dan penangkapan perusuh dalam gelaran coblosan, Pemilu 2019 di TPS XII, Pasar Pahing, Kota Tulungagung, berujung bentrok antara demonstran dan aparat keamanan.
Satu regu unit dalmas (pengendalian massa) dikerahkan untuk menghalau para pengunjuk rasa yang mulai bertindak anarkis.
Namun, upaya penghadangan justru membuat massa kian beringas dan membakar ban bekas.
Tak mau kekacauan mengganggu jalannya pemilu yang memasuki tahapan penghitungan suara, polisi akhirnya menerjunkan unit kendaraan taktis "water canon" untuk membubarkan massa.
Upaya itu membuahkan hasil. Massa yang sempat bergerombol memaksa petugas membebaskan rekannya yang ditahan karena tertangkap politik curang, akhirnya membubarkan diri. Keamanan wilayah kota kembali dalam kendali penuh petugas keamanan setelah provokator berhasil ditangkap dan massa tercerai-berai melarikan diri.
Kapolres Tulungagung AKBP Tofik Sukendar menyatakan, skema pengendalian kerusuhan itu menjadi gambaran kecil kesiapan petugas keamanan gabungan dalam melakukan pengamanan dalam kota.
"Simulasi ini menjadi gambaran kepada masyarakat Tulungagung bagaimana skenario penanganan yang akan dilakukan aparat kepolisian dengan didukung seluruh pemangku kepentingan, seperti TNI, linmas, pemerintah daerah maupun unsur lain termasuk masyarakat," tutur Kapolres Tofik Sukendar.
Tak kurang dari 8.000 personel gabungan Polri-TNI dan linmas dikerahkan dalam pengamanan pelaksanaan Pemilu di Tulungagung yang memiliki 19 kecamatan dan 271 desa/kelurahan.
Mereka akan disebar di 3.766 tempat pemungutan suara yang tersebar di 271 desa/kelurahan se-Tulungagung.
Ia memastikan nantinya setiap anggota polisi yang ditugaskan akan mengawasi enam titik pemungutan suara dengan didukung 13 anggota linmas yang ada di tingkat desa dan kelurahan.
Setiap informasi akan adanya potensi masalah dan kerusuhan di tingkat TPS , mulai tahap kampanye, coblosan, hingga penghitungan suara akan segera direspon oleh tim keamanan gabungan dalam satu operasi penanganan bersama di lapangan.
"Kendati wilayah Tulungagung secara umum aman terkendali, tadi saya dan Pak Dandim juga berdiskusi agar situasi pengamanan untuk skenario terburuk seperti yang disimulasikan tadi tidak sampai terjadi," katanya.
Tak hanya situasi pengamanan pengunjuk rasa dengan kendaraan taktis water canon serta tiga regu keamanan yang dikerahkan berlapis, simulasi yang sebagian besar dilakoni oleh aparat kepolisian berpakaian sipil itu juga memberi gambaran suasana tahapan kampanye, pencoblosan atau pemungutan suara hingga penghitungan yang berujung ketidakpuasan salah satu kubu pemenangan capres yang mereka dukung.
Drama kejar kejaran mobil dan bentrok petugas berpakaian preman dengan kelompok perusuh dan pengunjuk rasa juga menghiasi simulasi tersebut. Eskalasi kekacauan mencapai puncaknya saat sekelompok pemuda yang diduga pendukung parpol/caleg dan capres melakukan sabotase dengan merampas kotak suara yang telah selesai dihitung dan akan dikirim ke petugas pemilihan tingkat kecamatan atau PPK.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019