Magetan  (Antara Jatim) - Sejumlah petani di Desa Baleasri, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, beralih pekerjaan menjadi pencari batu karena sawah tadah hujan mereka tidak dapat ditanami saat musim kemarau.
     
Petani desa setempat, Madi, mengatakan, mencari batu terpaksa dilakukan agar tetap mendapatkan penghasilan saat tidak menggarap sawah.
     
"Kalau kemarau seperti ini, sawah di wilayah Ngariboyo tidak dapat ditanami karena hanya mengandalkan air hujan. Untuk mendapatkan penghasilan, ya kerja apa saja, termasuk cari batu," ujar Madi kepada wartawan, Senin.
     
Ia menjelaskan, batu-batu yang menjadi sumber pendapatannya itu diperoleh dari sekitar sawah. Lokasi sawah yang berada di perbukitan dan tanah padas memberikan penghasilan baru bagi petani setempat dengan mencari batu.
     
Untuk mendapatkan batu, para petani harus menggalinya. Namun ada juga yang tinggal mengambil karena banyaknya batu yang ada di daerah perbukitan tersebut.
     
Batu-batu itu kemudian dipecah dengan menggunakan alat tradisional. Setelah itu, batu yang telah terkumpul dijual ke toko bangunan di wilayah Magetan.
     
"Terkadang ada juga pekerja dari toko bangunan yang mengambil kemari, sehingga tidak perlu mengangkut ke toko," katanya.
     
Rata-rata, petani sekitar mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp40 ribu setiap harinya. Hal itu dilakukan dari pagi hingga sore hari. 
     
Data Dinas Pertanian Magetan mencatat, sebanyak 4.100 dari 28.000 hektare lahan pertanian di wilayah setempat tidak dapat ditanami selama musim kemarau berlangsung akibat tidak cukup mendapat pengairan, baik secara alami maupun teknis. 
     
Ribuan lahan pertanian tersebut hanya bisa ditanami padi sekali dalam setahun saat musim hujan. Lahan pertanian kering tersebut terdapat menyebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Magetan, kecuali yang terdapat di lereng Gunung Lawu. Biasanya terdapat di pegunungan padas seperti Kecamatan Parang dan Ngariboyo. 
     
Karena merupakan lahan kering, lahan tersebut sengaja tidak ditanami padi oleh para petani saat kemarau. Hal itu untuk menghindari puso atau gagal panen karena minimnya pengairan.  (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2015