Oleh Syamsul Anam S.Kom *). (?) Tanya :. Saya adalah salah satu pengguna operator CDMA, akhir–akhir risau karena operator tersebut harus tutup dan pelangannya harus pindah ke operator GSM. Yang ingin saya tanyakan, apakah sebenarnya alasan utama dari penutupan layanan CDMA tersebut, terutama dari sisi teknologinya?. (Novita Ayu – Surabaya). ------------ (+) Jawab :. Hal ini memang diluar prediksi banyak orang, memang pada awal munculnya operator berbasis CDMA banyak yang memperkirakan masa depannya akan bagus, waktu itu para pakar teknologi telepon seluler sepakat bahwa kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak dipergunakan oleh operator telepon seluler di Indonesia. Salah satunya, kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6.000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi. Semua BTS CDMA beroperasi pada frekuensi yang sama, sehingga tidak memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfigurasinya. Besarnya kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan juga sangat rendah. Selain itu CDMA-2000 (1X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Akibat dari keunggulan diatas, harga atau tarif CDMA bisa ditekan dan harganya sangat "ramah kantong" sehingga mendapat sambutan positif dari masyarakat. Namun ternyata kelebihan tersebut tidak diimbangi dengan pengembangan teknologi seperti GSM, dengan teknologi 3G dan juga LTE yang sudah di depan mata. Saat ini, setidaknya ada empat operator CDMA yang beroperasi di Tanah Air yakni Indosat StarOne, Telkom Flexi, Esia dan Smartfren. Indosat StarOne dan Telkom Flexi belakangan menyatakan bakal segera meninggalkan CDMA, dan mengalihkanhya ke teknologi E-GSM (Extended-Global Systems for Mobile). Sekadar catatan, E-GSM adalah upaya untuk memanfaatkan teknologi GSM di spektrum frekuensi 900 MHz. Jaringan CDMA sendiri menggunakan frekuensi 850 MHz. Selain faktor teknologi yang stagnan, banyak vendor besar juga sudah tidak lagi memproduksi handset berbasis CDMA, hal ini dikarenakan pelanggan yang terus menurun serta dianggap ketinggalan teknologi. Hal ini juga menyebabkan pelanggan kesulitan mencari handset CDMA. Untuk masalah tarif yang ramah kantong, sekarang GSM pun juga perang tarif yang dahsyat, sehingga sekarang tarif GSM pun juga "ramah kantong". (*) --------------- *) Penulis adalah Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama Surabaya. (*).

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2014