Surabaya - Sebanyak 40 karya foto orang utan dari hutan rimba di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dipamerkan di Galeri Seni "House of Sampoerna" Surabaya pada 9 November hingga 2 Desember 2012. "Awalnya, saya melihat pembunuhan dan perdagangan orang utan di televisi, rasanya miris," kata pewarta foto muda Regina Safri di sela-sela persiapan pameran foto bertajuk 'Orangutan: Rhyme and Blues' di Surabaya, Kamis. Pewarta foto ANTARA Yogyakarta itu menjelaskan hal itulah yang membuatnya ingin melihat langsung mereka di hutan Kalimantan. Ada ratusan foto orang utan yang merupakan hasil bidikan di dua tempat konservasi orang utan yakni Samboja, Kalimantan Timur dan Nyaru Menteng, Kalimantan tengah serta pelepasliaran di kawasan hutan rimba yang "disulap" menjadi kebun sawit. "Saya membidiknya selama delapan bulan dengan beberapa kali ke dua tempat rehabilitasi itu. Paling cepat hanya tiga hari, tapi saya juga pernah berinteraksi di tempat konservasi hingga pelepasliaran di hutan rimba selama hampir satu bulan," katanya. Menurut fotografer muda kelahiran Padang tapi alumnus UPN Veteran Yogyakarta itu, orang utan yang direhabilitasi di kawasan konservasi di Kalimantan Timur berkisar 200-an ekor, sedangkan di Kalimantan Tengah mencapai 600-an ekor. "Saya membidik aktivitas pelepasliaran orang utan secara lengkap mulai dari proses pengasuhan atau rehabilitasi di tempat konservasi hingga pelepasliaran dari kawasan konservasi ke alam bebas," katanya. Selain itu, Regina Safri yang akrab disapa Rere itu juga memamerkan foto Wowo, orang utan yang menjadi buta setelah tertembak dan ditemukan lima peluru bersarang di tubuhnya. "Semuanya saya lakukan dengan biaya pribadi," katanya. Ditanya misi yang diharapkan dari totalitas dirinya mengabadikan orang utan lewat karya foto jurnalistik, ia mengatakan misi yang diinginkan bukan sekadar penyelamatan orang utan yang kini sudah masuk "garis merah". "Setelah berinteraksi lebih jauh dengan orang utan, saya menjadi tahu tentang pentingnya kepedulian terhadap penyelamatan orang utan, ternyata orang utan itu merupakan indikator hutan yang baik atau berkualitas," katanya. Ia menambahkan bila ekosistem hutan terjaga, maka dampaknya akan bagus kepada manusia. "Jadi, kepedulian kepada orang utan itu bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk hutan dan untuk kehidupan umat manusia itu sendiri," katanya. Dalam pameran kedua setelah pameran serupa di GFJA Jakarta pada 1 Oktober 2012 itu, Rere juga meluncurkan buku tentang foto-foto orang utan. "Hasil penjualannya akan saya donasikan kepada lembaga konservasi itu," katanya. (*)
40 Foto Orang Utan Rimba Kalimantan Dipamerkan
Kamis, 8 November 2012 15:08 WIB