Kediri (ANTARA) - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Cabang Kediri , Jawa Timur, menyalurkan total 2.392 ton beras SPHP ke warga.
Pemimpin Perum Bulog Kantor Cabang Kediri Harisun mengemukakan penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) cukup baik.
"Kalau sampai hari ini, Bulog sudah menyalurkan kurang lebih 2.392 ton setara 11,1 persen dari target 21.351 ton sampai Desember 2025," katanya di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, dalam penyalurannya Bulog bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk dari pemerintah daerah, TNI, Polri, toko di pasar tradisional, toko modern hingga Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
"Kami optimistis bisa tercapai, karena kami masif dan kerjasama ini. Ada TNI, Polri, pemerintah kota. Kami juga ke pasar dan sudah mulai ke Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih," kata dia.
Ia menambahkan, penyaluran juga dilakukan dari berbagai program pemerintah termasuk saat program Gerakan Pangan Murah (GPM), Selasa (23/9). Dengan program itu, turut serta memudahkan masyarakat membeli bahan pokok.
Harga beras SPHP di Kediri dijual Rp57.000 per 5 kilogram beras. Harga tersebut juga lebih murah ketimbang harga beras dengan kualitas medium di pasar wilayah Kediri yakni sesuai HET sekitar Rp13.500 per kilogram.
Kabulog menambahkan, saat ini memang ada kerjasama dengan manajemen toko modern maupun ritel. Hal itu berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, termasuk meningkatkan daya beli masyarakat.
"Ini bagian dari strategi kami yang ingin masuk ke semua saluran, termasuk ritel, pasar hingga pasar modern. Masyarakat yang segmen menengah ke atas jarang menemui di pasar modern, mereka bisa membeli maksimal dua bungkus isi 5 kilogram," kata dia.
Terkait dengan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, yang sudah bermitra dengan Bulog Kediri, Harisun mengatakan cukup banyak. Saat ini yang sudah resmi mendapatkan izin untuk menjual beras SPHP adalah 12 KDMP, dengan tujuh koperasi di Nganjuk lainnya di Kabupaten serta Kota Kediri.
"Ini per pengambilan 2 ton. Jika besok habis bisa mengambil lagi. Namun, kami tetap melihat unsur kewajaran, jangan sampai sehari bisa tiga kali," kata dia.
