Perusahaan Farmasi Merck Perluas Investasi di Pasuruan
Selasa, 9 Oktober 2012 16:50 WIB
Pasuruan - Perusahaan farmasi dan alat kesehatan yang berbasis di Amerika Serikat, Merck Sharp & Dohme (MSD), memperluas fasilitas pabrik pengemasannya di Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, untuk memasok kebutuhan obat-obatan di wilayah Asia.
Pabrik yang dibangun dengan investasi sekitar 21 juta dolar AS itu, diresmikan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Linda Sitanggang PhD, didampingi Deputi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Farah Ratnadewi Indriani di Pasuruan, Selasa.
Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, President MSD Asia Pasifik Patrick Bergstedt, President & Managing Director MSD Indonesia Chris Tan, dan Senior Vice President Operations Merck Manufacturing Division John Markels.
Pabrik pengemasan ini adalah pengembangan dari fasilitas produksi farmasi pertama di Pandaan yang dibangun Merck pada 1975 dan beroperasi hingga kini.
"Fasilitas pengemasan baru ini akan membantu kami mencapai misi memenuhi permintaan pelanggan terhadap produk-produk Merck sesuai kebutuhan pasar regional," kata John Markels.
Menurut ia, pilihan berinvestasi di Pasuruan, karena Indonesia merupakan lokasi yang cukup strategis untuk eksportasi produk obat-obatan ke wilayah Asia.
Adapun produk-produk yang dikemas dalam pabrik baru ini, antara lain obat penyakit menular, kardiovaskular dan pernafasan, onkologi, diabetes, dan hipertensi.
"Selain wilayah Asia, produk dari pabrik pengemasan ini juga didistribusikan ke negara lain di dunia. Komposisinya 75 persen pasar ekspor dan 25 persen untuk kebutuhan di Indonesia," ucap President & Managing Director MSD Indonesia, Chris Tan.
Ia menambahkan, Indonesia dengan populasi penduduk yang mencapai lebih kurang 250 juta jiwa merupakan pasar potensial untuk produk-produk farmasi.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif di tengah terjadinya krisis global, menjadikan kami lebih optimistis berinvestasi di negara ini. Kami akan terus melakukan riset dan pengembangan produk untuk kebutuhan masyarakat," ujar Chris.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Linda Sitanggang PhD mengemukakan, kebutuhan obat-obatan dari masyarakat akan terus meningkat, sejalan dengan rencana diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional pada 2014.
"Pasar farmasi di dalam negeri setiap tahun tumbuh sekitar 12 hingga 14 persen, lebih tinggi dibanding negara-negara di Asia Tenggara. Angka pertumbuhan bisa lebih tinggi ketika nanti SJSN diberlakukan," tuturnya.
Menurut Linda, hingga saat ini terdapat sebanyak 208 perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia, termasuk di dalamnya 33 perusahaan asing dari sejumlah negara. (*)