Batik Khas Madiun Tetap Bertahan
Rabu, 3 Oktober 2012 20:34 WIB
Madiun - Batik khas Kabupaten Madiun, Batik Kenongo, di sentra batik Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, tetap bertahan meski nyaris punah akibat kalah bersaing dengan batik dari daerah luar.
Perajin Batik Kenongo di desa setempat, Subiyono, mengatakan, pihaknya tetap berproduksi meski dengan skala kecil untuk mempertahankan usahanya.
Subiyono merupakan satu dari tiga perajin batik di desa setempat yang masih bertahan. Untuk tetap mengenalkan batik khas Kabupaten Madiun, pihaknya aktif mengikuti pameran dan lomba di berbagai daerah.
"Kegiatan batik di sini pernah vakum. puncaknya pada tahun 2006 karena minim modal, tidak adanya regenerasi, dan klaim dari negara tetangga. Saya pernah memasukkan proposal ke sekolah-sekolah SMA sekitar agar para pelajarnya bersedia belajar batik, namun tidak ada tanggapan," ujar Subiyono kepada wartawan, Rabu.
Seiring berjalannya waktu dan adanya pengakuan dunia tentang Batik Indonesia, kegiatan membatik di berbagai daerah mulai bangkit. Demikian juga di Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng.
Selain para perajin batik yang jumlahnya hanya beberapa orang, kini setiap hari Kamis sekitar 100-an siswa dari SMA setempat mengadakan pelatihan membatik.
Ia menjelaskan, batik di Desa Kenongorejo sudah mulai dibuat sejak zaman penjajahan Belanda. Batik di kawasan ini mengalami puncaknya pada tahun 1960-an, kala itu produksi batik mencapai 6.000 hingga 7.000 lembar setiap bulannya.
"Kini produksinya merosot drastis, yakni hanya tinggal 100 hingga 300 lembar setiap bulannya. Hal ini karena peminat batik mulai berkurang dan akhirnya kalah dengan tren mode kain dan pakaian dari luar negeri.
Subiyono dan perajin batik lainnya di desa setempat akhirnya mulai melakukan diversifikasi. Biasanya batik yang dibuat adalah ukuran kain panjang, kini ia mulai merambah batik dengan bentuk lain.
"Di antaranya adalah bentuk taplak meja, seprei, sapu tangan, dan sejumlah bentuk souvenir lainnya yang lebih menarik minat pembeli. Selain itu, warna yang diberikan juga lebih beraneka dan tidak menggunakan warna tradisional yang didominasi warna hitam, coklat, dan kuning emas," terang dia.
Motif andalan dari Batik Kenongo adalah selain bunga kenanga, juga adanya motif porang. Motif porang ini terinspirasi dari tanaman porang yang banyak tumbuh di Desa Kenongorejo yang terdapat di tepi hutan.
Untuk meningkatkan penjualan, Subiyono dan perajin batik lainnya terus berinovasi guna memenuhi keinginan pasar. Tidak hanya batik tulis saja yang diproduksi namun juga batik cap dan printing dengan wilayah pemasaran Madiun sekitar dan Surabaya.
Salah satu pelajar SMA Pilangkenceng yang mengikuti pelatihan batik, Triana, mengaku terpanggil untuk ikut melestarikan budaya bangsa.
"Saya ikut pelatihan membatik karena saya memang suka batik. Selain itu, sudah seharusnya generasi muda peduli dengan kebudayaan bangsa seperti batik," kata Triana. (*)