Surabaya (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur Jairi Irawan menekankan pentingnya pembatasan akses media sosial bagi anak-anak di bawah umur sebagai langkah melindungi generasi muda dari dampak negatif dunia digital.
“Dunia digital sudah seperti pasar bebas. Semua informasi ada, dan siapa pun bisa mengaksesnya. Kita harus belajar dari negara-negara yang sudah menyadari pentingnya proteksi digital terhadap anak,” kata Jairi di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
Menurut politisi Partai Golkar ini, peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 menjadi momentum untuk memperkuat pola asuh anak, khususnya dalam menghadapi derasnya arus informasi di media sosial.
Ia mencontohkan ada sejumlah negara yang sudah menerapkan regulasi ketat terkait batas usia penggunaan media sosial.
Seperti China yang membatasi durasi penggunaan perangkat digital bagi anak, Norwegia yang melarang anak di bawah usia 15 tahun mengakses media sosial, serta Australia yang menetapkan batas minimal usia 16 tahun.
“Ini bukan soal membatasi hak anak, tapi melindungi mereka dari pengaruh buruk dunia digital yang tidak ramah anak,” ujarnya.
Jairi juga menyoroti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak.
Dalam regulasi tersebut ditegaskan bahwa anak adalah individu yang belum berusia 18 tahun, sehingga perlu ada pengawasan yang lebih ketat terhadap akses mereka ke media sosial.
“PP ini sudah sangat jelas. Tugas kita adalah memastikan implementasinya. Jangan sampai anak-anak kita tumbuh tanpa kontrol di dunia maya,” katanya menegaskan.
Sebagai solusi, Jairi mendorong penguatan literasi digital dan literasi sastra di tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Ia menilai literasi menjadi fondasi penting untuk membentuk karakter, pola pikir, serta menumbuhkan imajinasi dan empati anak.
“Jika akses media sosial dibatasi, anak-anak perlu diarahkan ke aktivitas yang lebih membangun. Literasi dan sastra adalah investasi untuk masa depan bangsa,” ujar Jairi.
Ia menambahkan, pembelajaran sastra di sekolah hendaknya tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi dikembangkan sebagai salah satu cara memperkuat karakter dan budaya bangsa.
Dalam kesempatan itu, Jairi mengucapkan selamat Hari Anak Nasional 2025 dan mengajak semua pihak, baik pemerintah, keluarga, maupun masyarakat, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang aman dan edukatif bagi tumbuh kembang anak.
“Anak hebat lahir dari lingkungan yang peduli. Mari kita jaga mereka dari bahaya digital dan siapkan masa depan yang penuh harapan. Karena dari merekalah Indonesia Emas 2045 akan terwujud,” ujarnya.
