Malang Raya (ANTARA) - Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur memanfaatkan ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jatim 2025 untuk menjaring pesilat potensial yang dipersiapkan mengikut Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028.
"Ajang Porprov Jatim ini kami ingin menyeleksi atlet yang betul-betul punya potensi, lalu disiapkan untuk kepentingan PON atau Pekan Olahraga Nasional," kata Ketua Umum IPSI Jawa Timur Bambang Haryo Soekartono seusai membuka perhelatan pembukaan Porprov IX Jatim cabang olahraga silat di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Kota Malang, Jawa Timur, Senin.
Total peserta yang bertanding di cabang olahraga silat pada Porprov IX Jatim sebanyak 515 pesilat yang berasal dari 36 kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Menurut dia, jumlah pesilat yang tampil begitu menjanjikan untuk dijaring dan dipersiapkan mengikuti PON 2028.
Namun, dalam kesempatan itu dia masih belum mau membeberkan berapa banyak jumlah atlet yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam kontingen Jawa Timur.
"Berapa pun yang nanti akan diambil untuk mengikuti seleksi PON tentu yang sesuai dengan harapan kami," ujar pria yang juga Anggota Komisi VII DPR RI ini.
Selain itu, ajang Porprov ini juga dinilainya penting dalam rangka memperbanyak stok atlet muda untuk kebutuhan regenerasi cabang olahraga tersebut.
"Sebagaimana yang sudah kami sampaikan, kalau misalnya mereka bagus akan kami tarik untuk pemusatan latihan daerah (puslatda) dalam rangka menghadapi ajang PON," ucap dia.
Ia menambahkan bahwa pembibitan bagi pesilat muda potensial kini terus diupayakan agar kualitasnya semakin meningkat dan mendapatkan karir cemerlang sebagai seorang atlet profesional.
"Pembinaan ini penting yang tujuannya agar mereka berprestasi. Sehingga, kami terus melatih untuk mempersiapkan masa depan atlet," katanya.
Selain itu, BHS sapaan akrab Bambang Haryo Soekartono mengingatkan agar para atlet silat asal Jawa Timur ini tetap rendah hati dan menjaga sikap selama berada di lingkungan masyarakat.
Dia tidak ingin ada pesilat muda dari Jawa Timur justru terjerat kasus hukum yang bisa berdampak pada masa depan kehidupan maupun karir masing-masing.
"Tadi saya menanamkan kepada atlet jangan pernah memukul orang karena itu ada sanksi hukumnya," tuturnya.
