Polres Bojonegoro edukasi santri untuk tertib berlalu lintas

Bojonegoro (ANTARA) - Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resor (Polres) Bojonegoro, Jawa Timur melakukan edukasi kepada para santri di pondok pesantren Al-Rosyid, Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander untuk tertib berlalu lintas guna menekan angka kecelakaan di wilayah setempat.

Kasatlantas Polres Bojonegoro, AKP Deni Eko Prasetyo, di Bojonegoro, Rabu, mengatakan, edukasi di pondok pesantren tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jawa Timur, dalam program edukatif bertajuk Police Go To Santri.

"Salah satu upaya kepolisian menanamkan budaya tertib berlalu lintas kepada santri di pondok pesantren, agar kecelakaan usia produktif dapat ditekan bersama," kata Deni.

Deni menjelaskan, ratusan santri dan para guru di pondok pesantren Al-Rosyid tersebut diberikan berbagai materi untuk mendapatkan pemahaman terkait keselamatan berkendara.

Selain itu, lanjutnya, pada program tersebut juga tidak hanya sekedar melaksanakan sosialisasi peraturan lalu lintas saja, namun juga menjadi wadah interaktif antara polisi dan santri dalam membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya etika berkendara di jalan raya.

"Polisi hadir untuk memberikan pemahaman bahwa keselamatan berkendara harus dimulai dari diri sendiri, dan santri memiliki peran strategis dalam menyebarkan pesan ini ke masyarakat luas," jelasnya.

Selain itu, lanjut Dani, keterlibatan guru dan pengasuh pondok pesantren sangat penting untuk memperkuat pesan keselamatan yang disampaikan.

"Edukasi di lingkungan pendidikan seperti pesantren, mampu memberikan dampak jangka panjang dalam menurunkan angka kecelakaan lalu lintas," terang Dani.

Pengasuh pondok pesantren Al-Rosyid, KH. Alamul Huda Masyhur, berterima kasih atas kepedulian Polres Bojonegoro melalui program Police Go To Santri, yang dinilai mampu membangun kesadaran santri agar tidak hanya taat agama, tetapi juga taat aturan di jalan raya.

Menurut Gus Huda, materi yang disampaikan dengan pendekatan komunikatif dan religius sangat tepat dilakukan di lingkungan pesantren.

"Program serupa bisa terus berlanjut dan menyasar pondok pesantren lain agar pemahaman tentang etika berkendara bisa menyebar lebih luas di tengah masyarakat," kata Huda yang juga ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu.