Mahasiswi Petra Raih ""Nirwana Award" Melalui Ludruk
Rabu, 27 Juni 2012 18:26 WIB
Surabaya - Mahasiswi Universitas Kristen Petra Surabaya, Yosephin Irma S meraih Juara Tiga dalam kompetisi "Nirwana Award 2012" karena karyanya mampu mengusung ludruk sebagai kekhasan budaya masyarakat Jawa Timur.
"Dengan mengikuti ajang ini banyak pengalaman yang saya dapatkan," katanya di Surabaya, Rabu.
Ia menjelaskan, tema besar dalam "Nirwana Award" tahun ini "Warna Kreasi Indonesia". Sementara, proses pengumpulan karyanya selama tiga bulan mulai Februari hingga Mei 2012. Lalu, penilaian pemenang ini dilakukan berdasarkan konsep, kesesuaian hasil karya dengan tema, dan teknik dalam melakukan "Digital Imaging".
"Di sisi lain, juri yang dihadirkan dalam kompetisi tersebut sangat berkualitas di antaranya Bona F Soetirto, Dhanank Pambayun, dan Heru Suryoko," ujarnya.
Namun, ia optimistis dengan mengikuti kompetisi itu manfaat yang didapatkannya beragam, misal, mengasah "softskill" dan mampu melihat realita pekerjaan, baik apa akan menjadi wiraswasta maupun hanya ikut bekerja dengan orang lain.
"Alhasil kerja keras saya untuk memberikan upaya yang maksimal dalam kegiatan tersebut sukses. Bahkan, saya tidak hanya dapat sertifikat melainkan cendera mata, plakat, dan uang tunai dari 'Nirwana Award'," ulasnya.
Mahasiswi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra angkatan 2010, mengemukakan, dalam kompetisi "Nirwana Award 2012" ludruk sengaja dipilihnya dikarenakan budaya tersebut memiliki karakter yang unik.
"Oleh karena itu, karya saya yang terinspirasi dari ludruk masuk dalam kategori 'Digital Imaging'," paparnya.
Untuk merealisasi ide kreatifnya, tambah Irma, ia justru merubah foto tersebut berdasarkan warna, bentuk, serta tata letak gambar.
"Melalui cara ini, saya bisa menghasilkan karya yang berkualitas dan menarik perhatian dewan juri. Apalagi, karya ini saya beri judul Budaya Tersembunyi," tuturnya.
Dengan karya tersebut, harap dia, mampu menampilkan realitas masyarakat yang mulai melupakan atau cenderung meninggalkan budaya ludruk sebagai khas provinsi ini.
"Karya ini juga memiliki pesan bahwa suatu budaya yang dimiliki oleh setiap daerah harus dipertahankan," katanya.(*)