Surabaya - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Pusat optimistis Uni Eropa tetap menjadi investor potensial bagi Indonesia karena kondisi industri di sejumlah negara di kawasan tersebut kian tumbuh sampai sekarang. "Walau Uni Eropa hanya menargetkan ekonominya tumbuh minus tiga persen pada tahun ini, kami yakin Uni Eropa adalah penanam modal yang menjanjikan untuk Indonesia," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, di sela-sela Sosialisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) di Surabaya, Rabu. Menurut dia, hal tersebut karena kondisi yang sebenarnya terpuruk di Uni Eropa adalah pemerintahannya, sedangkan dari sisi industri di sana tetap menunjukkan perkembangan sampai sekarang. Penyebab pemerintah Uni Eropa bangkrut yakni mereka harus membayar "social security" warganya yang terus naik setiap tahun. "Keyakinan kami bahwa Uni Eropa merupakan investor yang potensial bagi Indonesia karena saat ini masih ada negara di Uni Eropa yang pertumbuhan ekonominya positif atau 0,2 persen yakni Jerman," ulasnya. Selain itu, sampai sekarang investasi Uni Eropa di Indonesia masih sangat kecil atau 1,6 persen dari besaran investasinya ke Asia. Namun, dengan segala upaya yang dilakukan pemerintah dan pelaku industri di Tanah Air, maka Apindo optimistis lima tahun mendatang investasi Uni Eropa di Indonesia naik menjadi 10 persen dari total investasinya di Asia. "Investasi Uni Eropa di Asia kini mencapai 600 miliar dollar AS. Dari angka tersebut pada umumnya modal mereka dialokasikan di China," katanya. Mengenai sektor industri yang diharapkan bisa dikembangkan Uni Eropa ke Indonesia, contoh dia, otomotif, permesinan, teknologi, kimia, farmasi, dan industri manufaktur. Bahkan, sekarang di sektor otomotif mulai masuk beberapa pabrikan besar seperti Renault dan VW. "Kami harap investasi di sektor otomotif di Indonesia bisa membantu pemerintah menyediakan lapangan kerja karena tenaga kerja yang diserap tentu tidak sedikit," katanya. Industri lain yang dikembangkan Uni Eropa di Indonesia, sebut dia, di antaranya bergerak di sektor makanan dan minuman serta farmasi seiring banyaknya penambahan kapasitas produksi. Salah satunya Nestle yang meningkatkan pasokan bahan baku berupa susu segar dari peternak. "Tapi, kami menyayangkan karena besarnya kebutuhan tersebut belum bisa dipenuhi oleh peternak lokal baik dari sisi jumlah maupun kualitas," katanya. Namun, lanjut dia, mayoritas investor Uni Eropa yang berniat investasi di Indonesia meminta persamaan perlakuan terutama tentang pengenaan bea masuk. Misal impor bahan untuk mobil yang dikenakan bea masuk 15 persen diharapkan bisa sama dengan negara dari Benua Asia. "Hal itu karena bea masuk komoditas serupa dari Jepang dan Korea justru nol persen," katanya.(*)
Apindo: Uni Eropa Investor Potensial bagi Indonesia
Rabu, 23 Mei 2012 21:35 WIB