Kediri (ANTARA) - Yayasan Perjuangan Wahidiyah Kediri, Jawa Timur, memberdayakan jamaah atau para pengamalnya untuk memproduksi berbagai kebutuhan umrah, guna memenuhi kebutuhan umrah bersama yang sering diadakan yayasan.
Yayasan Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri K.H. Abdul Madjid Ali Fikri mengemukakan pihaknya memang mengadakan umrah bersama. Pengurus Pusat Yayasan Perjuangan Sholawat Wahidiyah menggelar ibadah umrah plus diikuti sedikitnya 435 orang, yang merupakan para pengamal dari perwakilan sejumlah daerah di Indonesia.
"Banyak puluhan jasa umrah yang menawarkan, saya tidak bisa menerima. Karena kami punya standar tertentu dan harganya harus lebih murah selanjutnya diputuskan dilelang. Namun dengan catatan, semua peralatan dipergunakan jamaah saat umrah harus terpasang logo Fafirru Illalah,” katanya di Kediri, Rabu.
Pihaknya kemudian memutuskan bahwa tas dan kebutuhan lainnya merupakan produksi sendiri para pengamal. Bahkan setelah dilakukan lelang, yang jasa umrah tersebut ternyata juga dari kalangan para pengamal selawat Wahidiyah. Beberapa di antaranya adalah tas, dan perlengkapan lainnya untuk umrah.
“Yang paling penting niat kami dalam umrah. Jangan karena dorongan lahiriyah, namun untuk sowan ke Rasulullah," kata dia.
Baca juga: MUI: Peran perempuan strategis jaga ketahanan ekonomi keluarga
Keberangkatan jamaah umrah Wahidiyah tersebut bertempat di halaman Pondok Pesantren Kedunglo, Kota Kediri, Rabu pagi. Rombongan bersama-sama dalam satu pesawat melalui Bandara Juanda, Surabaya.
Romo Kiai Fikri, sapaan akrabnya, juga menyampaikan bahwa ibadah umrah yang digelar bersama-sama ini sudah kedua kalinya. Sebelumnya pada tahun 2017, dipimpin oleh almarhum bapaknya, Romo K.H. Abdul Latif Madjid.
"Pernah tahun 2017 bersama Romo Kiai Latif, saat itu yang daftar ratusan jamaah para pengamal. Namun karena saat itu pesawat hanya berkapasitas maksimal 400an yang bisa berangkat, kemudian yang lainnya waiting list. Kemudian Romo Kyai dawuh, besok ada lagi,” kata dia.
Ia menambahkan, kegiatan sempat hendak dilakukan lagi namun terhalang. Selain karena pandemi COVID-19, juga karena Romo K.H. Latif pada tahun 2020 berpulang, sehingga agenda umroh secara besar ini, belum bisa ditindaklanjuti.
Hingga kemudian, kegiatan ini kembali digelar dengan melibatkan ratusan pengamal.
"Tahun ini akan digelar Thaif sesuai harapan Romo Kiai. Karena terdapat kisah syiar agama, bagaimana Kanjeng Nabi saat menyebarkan Agama Islam hingga dilempari batu hingga kotoran,” kata Romo Kiai Fikri. (*)