Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut pentingnya praktik pertanian yang mengikuti hutan atau agroforestri untuk mitigasi bencana saat melakukan penanaman 10 ribu pohon di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
"Hari ini kita tanam kayu-kayuan dan tanaman berfungsi ganda, semoga berguna. Konsepnya yang paling penting agroforestri, pertanian mengikuti hutan, jangan dibalik, hutan mengikuti pertanian, dampaknya luar biasa karena kondisi iklim kita sudah tidak terlalu bagus," katanya saat mengunjungi area Bendungan Bendo, Desa Ngindeng, Ponorogo, Sabtu.
Ia menegaskan pentingnya menanami kembali daerah yang telanjur difungsikan menjadi lahan pertanian dengan jenis-jenis tanaman yang multi-spesies.
"Harapan saya, dengan keikhlaskan kita semua, kita mencoba mengubah teknik budidaya di area sini, boleh dengan tanaman agroforestri, tetapi pada 3-4 tahun berikutnya, mestinya hutan di sini harus kembali. Jadi, misalnya digalakkan oleh Pak Bupati ada sawo, durian, alpukat, dan lain-lain yang multi-spesies," ujar dia.
Ia mencontohkan salah satu kasus di mana pengelolaan hutan yang mengikuti pertanian sebagaimana di Dieng, Jawa Tengah, yang menimbulkan dampak iklim negatif.
"Yang seharusnya menjadi pohon-pohon, ternyata ditebangi menjadi kentang, dampaknya luar biasa, karena karbonnya (dari pertanian) yang benar-benar kita berikan (sehingga berpotensi merusak hutan). Nanti pohon juga yang kemudian mengatur tata airnya, dan mampu menyerap karbon, jadi ada spesies yang sebetulnya multiguna, tidak kemudian kita paksakan menjadi area pertanian," paparnya.
Ia juga menyoroti bahwa saat ini dunia sedang menghadapi tiga krisis planet utama atau triple planetary crisis, yakni perubahan iklim, krisis sampah, dan menurunnya keanekaragaman hayati.
"Jadi suhunya kita sama-sama akan merasakan panas, kemudian hujan sudah enggak ada lagi takarannya, panas juga enggak ada lagi takarannya, iklim benar-benar tidak bisa lagi kita lakukan pengelolaan," ucapnya.
Kemudian, krisis kedua adalah krisis sampah, yang menyebabkan polusi terjadi di mana-mana.
"Yang terakhir, krisis keanekaragaman hayati. Kita sudah pastikan kalau hutannya seperti ini (rusak), pasti keanekaragaman hayatinya sudah sangat berkurang, jadi mudah berubah tanamannya. Ini dampaknya sangat serius," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyebutkan bahwa bencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Ponorogo pada 15 Desember 2024 menjadi pembelajaran penting bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan.
"Pak Menteri ini dzikirnya adalah menanam, dengan menanam maka kita akan menuai hasil yang baik. Bencana di 15 Desember kemarin menjadi pembelajaran penting bagi kita karena ada 14-19 desa yang terdampak. Untuk itu, kepada Pak Menteri, saya tidak minta duit, saya hanya minta bibit dan pohon untuk kami tanam di Ponorogo ini," kata Sugiri.
Menteri LH mengunjungi Kabupaten Ponorogo dan Trenggalek, Jawa Timur, untuk merespons bencana banjir bandang dan tanah longsor di kedua kabupaten tersebut sekaligus mengingatkan masyarakat terkait pentingnya pengelolaan sampah dan mitigasi bencana melalui penanaman pohon kembali.