Surabaya (ANTARA) - Dosen Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Radius Setiyawan memberikan tanggapan soal aksi unjuk rasa menolak penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen yang dilakukan penggemar K-Pop (K-Popers).
Dalam unjuk rasa tersebut, salah satu poster yang mencuri perhatian adalah gambar salah satu anggota girl-group New Jeans asal Korea Selatan, Hanni Pham, dengan narasi "Ketua Gen Z Tolak Kenaikan PPN 12 Persen - Hanni Pham".
"Aksi-aksi ini membantah stereotip lawas yang selalu mengidentifikasi K-Poper sebagai anak-anak muda doyan ribut di media sosial dan hiperbolis saat membahas idolanya. Pun mereka sering disalahpahami sebagai fanatik dan irasional," kata Radius di Surabaya, Sabtu.
Radius menjelaskan bahwa aksi turun jalan yang dilakukan penggemar K-pop menunjukkan bahwa K-pop lebih dari sekadar hiburan. Menurutnya hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh budaya K-pop dalam membentuk pandangan budaya politik dan sosial.
Lebih lanjut, Radius memaparkan beberapa alasan mengapa K-pop turun jalan, yakni terkait ketidakpuasan terhadap pemerintah. Seperti banyak kelompok sosial lainnya, penggemar K-pop juga merasakan dampak dari kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan masyarakat.
“Mereka sangat dekat dengan aplikasi-aplikasi digital seperti Netflix, Spotify, tentu ketika ada isu kenaikan pajak ini akan sangat mempengaruhi habitus mereka dan merasa dirugikan,” ujar Radius.
Kemudian, kepekaan dan kesadaran sosial yang tinggi, dimana protes terkait PPN 12 persen adalah salah satu bentuk ekspresi terhadap ketidakadilan sosial yang mereka rasakan, serta kesadaran rasa tanggung jawab untuk memperbaiki keadaan.
Lebih lanjut lagi, kata Radius aksi yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa fans K-pop tidak hanya sebagai konsumen budaya, tetapi keberadaan mereka juga berfungsi sebagai agen perubahan dalam masyarakat.
Radius menegaskan aksi ini juga semakin menunjukkan tingginya partisipasi politik di kalangan generasi muda.
“Penggemar K-pop yang biasanya tidak terlibat dalam kegiatan politik kini menjadi lebih sadar akan pentingnya suara mereka dalam menentukan arah negara,” ujarnya.