Surabaya - Ahli energi dari Jepang, Kenzo Tsutsumi, menyatakan pemerintahnya saat ini mulai meninggalkan energi nuklir pasca-gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011. "Jadi, proyek energi nuklir yang baru tidak akan diizinkan, namun proyek lama akan dipakai hingga habis," katanya di hadapan mahasiswa ITS Surabaya, Rabu. Ketika berbicara dalam seminar "Penghematan Energi di Jepang", ia menjelaskan pemerintah Jepang ke depan akan fokus pada gas dan energi terbarukan. "Energi gas alam itu untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang akan memanfaatkan energi terbarukan. Kami memprioritaskan lima sumber energi terbarukan, yakni surya, angin, biomassa, hidro, dan geothermal," katanya. Presiden dari Velgia Laboratories itu menegaskan bahwa fokus kepada energi terbarukan itu akan diawali dengan merancang UU yang mewajibkan pembelian lima sumber energi terbarukan. "Hingga kini, pemanfaatan energi terbarukan masih 2,5 persen, tapi kami menargetkan pada tahun 2030 atau 20 tahun lagi akan bisa meningkat 10 kali lipat menjadi 20 persen," katanya. Dalam acara yang dibuka PR IV ITS Prof Darminto itu, ahli energi Jepang itu tidak hanya menguraikan pelajaran dari gempa 11 Maret 2011, namun juga mengupas penghematan energi, bisnis penghematan energi, dan teknologi konservasi energi. Sementara itu, Kepala Pusat Energi ITS, Dr Ir Prabowo M Eng mengatakan di Indonesia tercatat 50 persen konsumsi energi nasional selama ini berasal dari minyak bumi. "Jadi, kita masih sangat tergantung pada sumber energi tak terbarukan. Itu terlihat pada semakin bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi dibandingkan dengan transportasi massal yang handal dan baik, padahal kita memiliki sumber energi terbarukan cukup besar dibandingkan dengan Jepang, seperti tenaga surya," katanya. (*)
Jepang Mulai Tinggalkan Energi Nuklir
Rabu, 22 Februari 2012 19:02 WIB