Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur bertahap menyelesaikan perbaikan jalan rusak di jalur arteri antarkecamatan, terutama yang ada di daerah pedalaman guna memastikan infrastruktur penunjang arus ekonomi daerah berjalan lancar.
Kepala Dinas PUPR Trenggalek, Ramelan, Senin menyebut, salah satu target perbaikan yang kini berlangsung itu adalah peningkatan jalan di Pule – Bangunsari, Bangunsari – Prapatan.
Perbaikan dua ruas jalan itu ditargetkan rampung pada akhir tahun anggaran 2024.
"Ini masih lapis pertama, nanti bakal dilengkapi lagi dengan lapis aus permukaan. Tapi mulai jalur turunan sampai naik jalannya sekarang sudah layak untuk dilewati lah," kata Ramelan.
Dengan rampungnya perbaikan jalan sekitar 5,8 kilometer itu, membuat perlahan jalan di Lingkar Pule mulus.
Meskipun begitu, pemerintah masih memiliki tanggungan untuk menuntaskan perbaikan jalan ke arah Ngepeh maupun ke arah ke Bendungan Nglinggis.
"Bila ruas jalan Pule-Bangunsari, Bangunsari-Prapatan ini selesai dikerjakan maka Lingkar Pule nyaris terselesaikan. Tinggal akses Pule ke Nglinggis dan juga ke Ngepeh, Kecamatan Tugu," imbuhnya.
Pihaknya mengakui jalan yang diperbaiki itu tak sepenuhnya bisa menjawab tuntutan menyeluruh warga.
Kondisi itu lantaran jalan mantap di Kabupaten Trenggalek dinilai pemerintah pusat sebesar 72 persen dari total sekitar 860 ribu kilometer.
Kondisi itu membuat Trenggalek tak bisa mengakses bantuan dana alokasi khusus dari pemerintah pusat.
Berdasarkan kriteria Kementerian PUPR, lanjut Ramelan, bantuan dana alokasi khusus bisa diberikan kepada daerah yang jalan mantap-nya di bawah 65 persen.
Untuk itu, perbaikan jalan secara bertahap menjadi langkah yang bisa dilakukan pemerintah.
"Termasuk yang dipermasalahkan warga Pule, secara menyeluruh memang kondisinya belum mantap. Tapi dari nasional menghitungnya jalan total Trenggalek sehingga kondisi fiskal, untuk menutup 28 persen ya berat. Kalau kita bangun yang baru, yang lama perlu perbaikan. Penyebabnya panjang jalan dan anggaran yang pas-pasan,” jelasnya.
Dia menyebut rusaknya jalan di daerah itu dipengaruhi oleh usia infrastruktur, bukan soal kualitas bahan yang digunakan maupun lalu lalang kendaraan berat yang melebihi tonase.
Selain usia, kerusakan itu diperparah dengan cuaca ekstrem yang mengakibatkan sejumlah bencana alam di Trenggalek beberapa tahun lalu.
"Karena usia. Dulu ada yang namanya lapen, hotmix, beton. Jalan yang 10 sampai 15 tahun yang lalu umumnya lapen. Terus 2022 karena curah hujan ekstrem banyak jalan kita yang terdampak, khususnya jalan yang ada di pegunungan, kita agak kewalahan. Tapi kita cicil," kata dia.