Wartawan AS Diculik di Somalia
Kamis, 26 Januari 2012 5:39 WIB
Nairobi (ANTARA/AFP) - Seorang warga asing yang diculik pada akhir pekan di Somalia tengah adalah wartawan dan penulis AS, kata organisasi hak asasi dan lingkungan regional, Rabu.
Kelompok perompak Somalia hari Sabtu menculik Michael Scott Moore -- yang juga dikabarkan memiliki kewarganegaraan Jerman -- di jalan menuju bandara Galkayo dan membawanya ke sebuah hutan terpencil, kata Ecoterra International.
"Negosiasi sesepuh Somalia dalam kasus penyanderaan penulis AS Michael Scott Moore... belum berhasil membebaskan sandera," kata Ecoterra dalam sebuah pernyataan.
Moore ditahan bersama dua sandera dari Israel dan Seychelles yang ditangkap dari sebuah kapal motor berbendera Seychelles yang dibajak, katanya.
Orang-orang bersenjata menangkap Moore di daerah yang sama dimana seorang wanita AS dan seorang pria Denmark juga diculik pada Oktober. Kedua orang itu dibebaskan Rabu dalam serangan udara fajar oleh pasukan khusus AS yang dikabarkan menewaskan delapan perompak.
Sejumlah kelompok perompak melakukan penculikan-penculikan di darat karena meningkatnya pengamanan terhadap kapal dan gelombang tinggi yang mempersulit pembajakan.
Menurut situs beritanya, Moore adalah mitra Fulbright pada 2006-2007 di Berlin, dimana ia menyunting dan menulis untuk Spiegel Online.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan maritim di kawasan itu, sedikitnya 47 kapal asing dan lebih dari 500 pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (*)