Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur menjadi debutan terbaik dengan meraih predikat UI Green City Metric dari Universitas Indonesia, berkat inovasinya dalam mengembangkan program pembangunan yang berorientasi pada pelestarian lingkungan daerahnya.
"Ya, Alhamdulillah kita mendapat penghargaan sebagai peserta terbaru terbaik dalam program pemeringkatan kabupaten/kota di Indonesia dalam hal pembangunan berkelanjutan yang diselenggarakan Universitas Indonesia," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Jumat.
Dia menjelaskan, pada ajang ini, Trenggalek menduduki peringkat 12 dari 64 peserta. Daerah ini mendapatkan penghargaan sebagai peserta baru terbaik.
Ada enam kategori penilaian dalam UI Green City Metric, yaitu penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, tata kelola sampah dan limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas serta tata pamong (governance).
Menurut dia, setiap daerah memiliki tantangannya tersendiri.
Mas Ipin, panggilan akrabnya menyebutkan, kabupaten dengan kemampuan fiskal mandiri rata-rata didorong oleh keberadaan industri, jasa perdagangan maupun ekonomi yang lebih ekstraktif.
Sementara kabupaten seperti Trenggalek dengan 70 persen kawasan hutan harus mampu memanfaatkan peluang fiskal yang lain.
Pemkab Trenggalek pun memutuskan untuk membidik potensi perekonomian lainnya dengan pengelolaan lingkungan yang baik.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Trenggalek untuk mewujudkan keberlanjutan itu adalah melalui program Adipura Desa.
Melalui program ini, desa yang mau melestarikan lingkungan hidup, menjaga sumber mata air maupun kualitas udara akan mendapat transfer anggaran fiskal.
"Kabupaten itu selalu trade off-nya, kita mementingkan ekologi atau ekonomi. Cari kerja saja susah kok suruh menanam tanaman terus nanti hasilnya apa, begitu kira-kira. Tapi memang ini yang harus kita cari terobosan termasuk juga pentahelix dengan seluruh civitas akademika," katanya.
Pelestarian yang apik itulah kini yang dibidik Trenggalek menjadi skema fiskal baru, yaitu lewat skema perdagangan karbon.
Konsep itu sangat mumpuni mengingat potensi-potensi yang dimiliki Trenggalek yaitu lewat sumber alam yang ada di kawasan hutan maupun sumber daya di lautan.
Mas Ipin juga menyebut dari pencitraan satelit, emisi karbon yang dikeluarkan masyarakat sekitar tiga juta ton equivalent carbon per tahun.
Sedangkan kapasitas serapan di Trenggalek ada di angka 27 juta ton equivalent carbon per tahun sehingga menurutnya, di Trenggalek sudah Net Sink Carbon sebesar 24 juta ton.
"Harapan kita ke depan juga ada offsetting, jadi mandatory carbon market-nya tidak hanya berlaku kepada institusi perusahaan. Perusahaan di satu wilayah perkotaan mungkin harus dikoordinasikan melakukan offsetting kepada kabupaten-kabupaten yang memang jadi paru-paru, yang punya hutan luas, yang ekosistem pesisir dan bawah lautnya terjaga," ujarnya.
Dengan menyelaraskan ekonomi – ekologi lewat skema regeneratif itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pendapatan fiskal baru, namun di sisi lain tidak mengabaikan aspek keberlanjutan lingkungan.
Dengan demikian, Mas Ipin meyakini sejalan dengan cita-cita bangsa untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.